Dengan tergesa-gesa, Mbah Dalil membuka celana dalam dan mengangkat gamisnya tinggi-tinggi. "Aaaahhh.... Legaaaaa," ucap Mbah Dalil, sambil merem melek keenakan.
Sedang asik-asiknya buang air kecil, eeeh, Mbah Slamet lewat. Sambil cengengesan, ia berkata,"Kang, sampeyan kok kencing menghadap ke Timur? Itu membelakangi Ka'bah lho. Haram itu! Ati-ati masuk neraka," kata Mbah Slamet, sambil terus berjalan ke arah Mbah Dalil.
Mendengar ada orang nyeletuk di belakangnya, Mbah Dalil kaget. Lebih kaget lagi saat melihat orang yang nyeletuk adalah Mbah Slamet yang juga alumni di Majelis Al Glundungi.
"Lho, tapi tata cara kencing ini ada dalilnya. Ini sudah sesuai sunnah. Di hadits itu, kencing itu harus menghadap Timur atau Barat. Hadits ini sohih kang!" kata Mbah Dalil, sedikit ketus.
"Tapi kan kalau ke Timur itu membelakangi Ka'bah. Menurut saya sih, itu ndak boleh. Harusnya ke Utara saja atau ke Selatan. Kita ndak boleh grasa grusu dalam memahami hadits. Akal juga harus dipake," tepis Mbah Slamet.
Mbah Dalil rupanya masih ngeyel dan tetap konsisten berpegang kepada nash-nash hadits tersebut. Tidak salah kalau masyarakat setempat menjulukinya, Mbah Dalil.
"Yoo ndak bisa dong kang. Masa menghadap ke Utara atau Selatan. Itu jelas ndak ada dalilnya. Ingat kang, kita harus mengikuti sunnah nabi. Orang yang selamat adalah orang yang mengikuti sunnah-sunnah beliau,"kata Mbah Dalil, sembari buru-buru memasukkan burungnya yang belum sempat dicuci.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H