"Ah bercanda sampeyan. Baru punya istri satu sudah dibilang mapan. Heu...".
Kalaupun sampeyan menilai seperti itu, itu diluar kemampuan saya. Sebagai manusia biasa yang masih senang dipuji, saya nggak mungkin membantah. Tetapi menurut saya, puncak kemapanan seseorang itu ada pada persepsi orang lain saat merespon prestasi kita dalam menjalani kehidupan.
Tingkat mapan paling tinggi memang berada pada kata "kelihatannya". Terlihat mapan, atau kemapanannya hanya sebatas penglihatan mata. Padahal kan belum tentu. Menurut orang lain kita sudah mapan, belum tentu menurut kita sendiri.
Menurut saya, mapan itu ketika kita dinilai orang lain sebagai orang yang sudah selesai hidupnya, tak perlu mencari harta lagi, tak perlu ibadah, agamanya paling benar dan sudah menjadi orang yang lurus. Dan yang paling penting, ketika solat, orang mapan tak perlu membaca ayat "ihdinassiratal mustaqim" yang artinya, tunjukilah kami jalan yang lurus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H