Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Santri dan Do'a yang Mustajab

1 Februari 2016   15:54 Diperbarui: 1 Februari 2016   18:09 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lama ini, sebut saja Jenggot. Dia bertemu dengan seorang pemabuk yang mengaku sebagai teman akrab saya. Dari ekspresi wajahnya, Jenggot ini benar-benar kaget. Kok bisa saya punya teman preman. Saya kan alim. Lebih kaget lagi saat preman itu mengungkapkan bahwa dia adalah anak buah saya.

"Kemarin saya ketemu orang, katanya anak buahmu. Dia lagi mabok miras di pasar. Dia sempat ngobrol sebentar sama saya, tapi langsung kabur setelah ada polisi,"Jenggot menceritakan detil-detil perjumpaannya dengan preman tersebut.

Dia saja heran kalau ada preman yang mengaku sebagai anak buah saya. Apalagi saya. Sejak kapan saya punya anak buah preman yang suka nongkrong sendirian di pasar sambil menenggak topi miring? Hhmm...

Karena penasaran, saya coba mencari tahu. Setelah berhari-hari penuh tanda tanya, akhirnya ada titik terang. Karena informasi salah seorang teman, saya sekarang tahu, siapa anak muda yang mabuk-mabukan dan mengaku sebagai anak buah saya itu.

"Huahaha...asyu tenan! Tak kiro sopo". Ternyata si ustadz Gonzales! Alumni pondok pesantren lokal yang sangat mashyur di daerah ini. Weleh weleeeeh...
Ustadz Gonzales ini adalah teman saya yang biasa mengisi Maulid Habsyi di Majelis Al Glundungi. Kami selalu aktif mengisi berbagai kegiatan keagamaan termasuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Walaupun tampang saya beberapa tahun lebih muda, tetapi dari segi umur, saya memang jauh lebih tua. Dan dia lebih banyak mengikuti saya, daripada saya yang mengikuti dia. Mungkin karena alasan itu, saat mabuk dia mengaku sebagai anak buah saya.

Ini merupakan sekelumit pengalaman bersama dua orang santri yang hakikatnya sangat relijiyes. Tapi yang perlu dicatat, tdak semua santri seperti itu. Yang saya ceritakan hanya sebagian kecil kelakuan nyeleneh santri modern yang hampir sama saja dengan manusia pada umumnya. Mereka juga dekat dengan maksiat, gampang digoda dan hobi nonton Youtube.

Tetapi masalah sebenarnya itu ketika mereka dipercaya sebagai tokoh agama di kampungnya. Karena kelakuannya yang manusiawi itu, mereka jadi kurang pede saat disuruh memimpin do'a.

"Kalau ada yang minta do'a ke kami, sebenarnya kami nggak enak. Mereka ngasih amplop, sementara do'anya pasti nggak makbul. Dia minta do'a selamat, sementara kami yang mendo'akan aja belum tentu selamat. Terus piye jal?"

"Ya usaha yang lebih seriyes dong. Kamu kok yakin banget do'amu nggak terkabul. Santri kok pesimis gitu,"saya meyakinkan.

"Nggak tahu kenapa, pokoknya saya yakin do'a yang saya panjatkan nggak bakalan diijabah Allah. Saya harus banyak-banyak bertaubat dulu,"katanya, menutup pembicaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun