Belum lama ini, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengimbau agar masyarakat mengurangi konsumsi nasi. Alasannya, sebagian orang Indonesia memiliki panganan pokok diluar beras.
Di Maluku, nasi bukan makanan pokok. Disana, mayoritas masyarakat memakan sagu. Nasi juga tidak menjadi pilihan utama di Papua, karena mayoritas masyarakatnya memakan ubi. Tapi kabarnya, mayoritas masyarakat di dua wilayah itu sudah mulai ikut-ikutan mengonsumsi nasi.
Jangan-jangan di zaman pasca kemerdekaan, masyarakat Maluku dan Papua memang tidak mampu membeli beras, jadi terpaksa mereka mengonsumsi sagu dan ubi yang akhirnya menjadi makanan pokok turun temurun. Baru sekarang saat kondisi ekonomi masyarakat lebih baik, mereka mulai merubah tradisi itu. Tapi ini analisa saya pribadi lho ya. Kalau tidak masuk akal ya harap maklum, wong itu analisa yang tidak ilmiah kok, alias ngawur.
Tapi kalau kita peka, jangan-jangan Menteri Puan memang menyarankan kita untuk meninggalkan nasi sebagai makanan pokok. Saya curiganya disitu. Atau mungkin menteri Puan sudah memilih sandal jepit sebagai menu baru pengganti nasi. Bagus juga! Selain hemat, aktivitas sarapan jadi praktis. Tinggal ngemut sandal selama lima atau sepuluh menit, tenaga langsung terisi. Dan konsumsi nasi berlebihan bisa dihindari. Tapi apa bisa?
Saya pernah menyarankan kepada seorang teman agar mengurangi konsumsi nasinya. Terutama saat sarapan pagi. Teman saya ini memang tidak pernah meninggalkan ritual sarapan. Tetapi yang saya tidak setuju adalah porsi sarapannya yang menurut saya terlalu banyak. Memang cuma satu piring, tapi isinya itu lho, buanyak banget.
"Sarapan itu harus banyak. Kalau sedikit, nggak ada tenaga. Lemes. Istri saya langsung cemberut kalau lihat saya lemes, "katanya, cekikikan.Â
"Tapi kalau terlalu banyak nanti gampang ngantuk lho,"saya menimpali.
Tapi dia tetap ngeyel. Dia tidak setuju dengan pendapat saya yang berpendapat bahwa terlalu banyak mengonsumsi nasi tidak baik untuk kesehatan. Selain berbahaya bagi penderita deabetes, mereka yang sarapan terlalu banyak akan jadi gampang ngantuk, lemes, males dan akhirnya tidak produktif.
Setelah selesai menghabiskan satu piring nasi plus sayur dan lauknya, teman saya bicara, "kamu ini gimana sih. Orang Indonesia itu, makan nasi aja males, apalagi nggak makan nasi!!!
Wah bener juga. Pada dasarnya memang begitu. Tapi sebagai murid langsung dari mbah Klowor, saya nggak mau kalah dong ya. Saya jawab saja, "kamu tahu nggak, Nabi Muhammad saja nggak pernah makan nasi. Nasi itu haram! Goblok! Hhhhhhh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H