Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Masak Mie Dulu, Biar Bahagia"

18 Januari 2016   13:08 Diperbarui: 18 Januari 2016   13:13 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto: Halo sehat.com "][/caption]Bahagia itu sederhana. Katanya sih begitu. Tetapi realitanya memang tak sesederhana itu. Buktinya masih banyak orang yang mengejar harta hanya untuk meraih kebahagiaan. Kalau dengan cara halal sih tak jadi soal. Masalahnya ada sebagian orang yang masih nekat untuk mencari harta haram, dengan cara korupsi misalnya.

Kalau kebahagiaan diukur dengan materi, bagi saya uang Rp 10 miliar sudah cukup untuk menghidupi kehidupan saya setiap hari. Heu... Tapi jangan salah lho. Uang sebanyak itu mungkin tidak dianggap oleh sebagian oknum pejabat di Indonesia. Buktinya, walaupun memiliki harta miliaran, mereka masih saja korupsi dan terus menikmati hasil korupsinya. Tentunya sambil mengucap, hamdallah.

Karena itu, sampai saat ini saya tidak sepakat dengan anggapan bahwa pemimpin yang kaya pasti tidak korupsi dan pemimpin miskin pasti korupsi. Pendapat seperti ini sangat populer, setidaknya di daerah saya. Apa mereka tidak tahu bahwa kebanyakan koruptor adalah orang kaya dengan harta yang banyak? 

"I can't get no satisfaction,"kata Mick Jagger, sang legenda rock n roll. Mungkin para koruptor menafsirkan lagu The Rolling Stones terlalu tekstual. Padahal maksud Mick Jagger tentu tidak seperti itu.

Ya. Ini cuma soal kepuasan. Mereka yang terus menerus mencari harta secara haram tentu tidak pernah merasa puas. Mereka tidak pernah bahagia dengan harta melimpah ruah. Ah, sudahlah. Mencari kebahagiaan versi para koruptor memang sangat sulit.

Bagi beberapa teman saya, kebahagiaan itu tak melulu soal materi. Ada yang setiap hari cuma naik vespa, tapi mereka sudah cukup bahagia. Ada juga yang bahagia dengan penghasilan pas-pasan, karena mereka selalu berkumpul dengan keluarga. Bagi sebagian lainnya, memiliki badan yang sehat saja sudah sangat membahagiakan.

Bagi para kompasianer, bahagia bisa dicapai dengan menulis, menulis dan menulis. Soal respon kompasianer lainnya itu urusan belakangan. Yang penting menulis.

Sementara bagi saya pribadi, bahagia bisa diperoleh ketika kita memiliki jiwa dan raga yang sehat, menikmati pekerjaan, punya keluarga dan teman-teman yang rukun dan saling membantu. Tapi uniknya, ada teman saya yang benar-benar bahagia walaupun hidup pas-pasan.

Teman saya yang berbadan kerempeng ini tidak pernah mengeluh soal materi dan tidak pernah iri dengan orang lain yang hidup berkecukupan. Ia tidak pernah mengeluh walaupun cuma makan satu kali sehari. Dan setahu saya, hampir setiap hari dia tidak pernah meninggalkan tradisi makan mie instan. Walaupun saya sudah mencoba mengingatkan, tetapi selalu gagal.

Dan yang paling saya kagumi dari sosoknya karena ia selalu sabar dalam menjalani kehidupan. Bahagia itu sederhana, katanya. Bahkan teramat sederhana. Yang paling saya ingat dari kata-katanya saat dia memasak mie instan tempo hari. Sebelum membuka bungkusan mie instan tersebut ia mengambil ponsel Blackberry bututnya.

"Halah, mau masak mie aja update status. Alay banget,"saya menggerutu. Rupanya alayisme memang tak mengenal usia. Bahkan orang susah bisa alay juga. Tapi protes saya tak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian, ia sudah terlihat asik memakan mie instan yang sudah dicampur dengan telor ayam ras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun