Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada "Debu"di Komunitas Bagang Sastra

3 Januari 2016   18:14 Diperbarui: 3 Januari 2016   19:06 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya. Maisarah sudah berbadan dua. Jamal benar-benar kecewa dengan Maisarah. Apalagi setelah mengetahui sebab kehamilan Maisarah karena diperkosa oleh pria lain. Jamal kecewa, marah, cemburu. Tapi jelas, ia tak bisa berbuat apa-apa. Jamal hanya bisa pasrah.

Tapi Jamal bukan lelaki biasa. Jamal kemudian menunjukkan bahwa ia benar-benar mencintai dan menyayangi Maisarah sepenuh hatinya. Sambil memegang pundak Maisarah, Jamal dengan lapang dada memutuskan untuk menikahi Maisarah yang sudah dihamili oleh Bunyamin. Singkat cerita, kandungan Maisarah memasuki usia sembilan bulan. Anak itu lahir dengan sehat dan selamat. Jamal menyambutnya dengan syukur. Suara azan mengalun lirih. Jamal mengadzankan bayi laki-laki itu yang kelak diberi nama, Debu Arang.

Menurut Ngatmiyatun, "Debu" dalam drama ini adalah gambaran sisi kelam seorang anak manusia yang kelahirannya tidak pernah diinginkan. Kendati tidak pernah diinginkan, namun Debu Arang diharapkan dapat menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.

"Drama ini diangkat untuk menepis anggapan bahwa debu adalah sesuatu yang kotor. Padahal debu itu suci,"katanya.

[caption caption="Kuliner prasmanan gangan humbut dan ikan panggang jadi menu utama dalam launching Komunitas Bagang Sastra. Foto: Puja Mandela "]

[/caption]

Walaupun digelar dalam cuaca yang kurang bersahabat, namun launching Komunitas Bagang Sastra Tanah Bumbu berlangsung lancar. Deklarasi komunitas ini dihadiri maestro seni Kalsel Fadli Zour dan sejumlah penggiat sastra Kabupaten Tanah Bumbu diantaranya Andi Jamaluddin, M Johansyah Imi Suryaputera, dan penggiat sastra muda lainnya. Sejumlah tokoh masyarakat juga turut hadir diantaranya, Anggota DPRD Tanah Bumbu Syamsisar dan Kepala Desa Mattone, Andi S Jaya.

Sayangnya, nama-nama beken dalam kegiatan seni lokal seperti M Thaha, Abdul Karim, Tato A Setyawan dan Arif Rahman berhalangan hadir. Deklarasi komunitas ini juga dihadiri dua penggiat sastra dari luar daerah yakni Ali Samsudin Arsy (Banjarbaru) dan Anjar (Batola).

Setelah menampilkan drama "Debu" yang ciamik, sejumlah penggiat sastra mulai unjuk gigi di Panggung Budaya Pagatan. Pembacaan puisi dilakukan secara bergiliran. Di akhir acara, pembacaan puisi dilakukan keroyokan oleh tokoh senior Andi Jamaluddin, M Johansyah, Ali Arsy dan Anjar. Sejumlah penggiat sastra muda juga ikut meramaikan baca puisi keroyokan ini.

[caption caption="Sastrawan Tanah Bumbu Andi Jamaluddin. Foto: Puja Mandela "]

[/caption]

Pada kesempatan itu, Andi Jamaluddin sebagai penggagas acara mengajak para peserta yang hadir untuk mendo'akan Abah Adjim, seorang legenda sastra di Kalsel. Abah Adjim yang memperoleh gelar Datuk Mangku Adat Kesultanan Banjar meninggal dunia pada 1 Januari 2016 di RSUD Anshari Saleh sekitar pukul 22.30.

Terkait pembentukan Komunitas Bagang Sastra, Andi Jamaluddin mengungkapkan, komunitas sastra ini sebenarnya sudah dibentuk satu tahun yang lalu. Andi mengatakan, peran media sosial seperti Facebook sangat membantu silaturahmi antar anggota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun