[caption caption="Suasana terminal di Pal 6 Banjarmasin. Sumber Foto: antaranews. com "][/caption]
Bau menyengat yang berasal dari asap knalpot dan aroma keringat campur aduk merengsek masuk ke hidung setiap penumpang yang sedang duduk di angkutan antar kota atau kabupaten jenis Mitsubishi Colt L300. Kondisi semakin panas dan pengap karena tidak tersedianya fasilitas Air Conditioner (AC) di mobil yang oleh masyarakat di Kalimantan Selatan (Kalsel) disebut sebagai Taksi Colt.
Taksi Colt yang biasa melayani rute antar kota kondisinya sudah lumayan tua. Kadang-kadang, penumpang yang mulai terlelap karena kelelahan dikagetkan dengan suara bising knalpot butut yang digeber sang sopir. Seorang ibu yang sedang menggendong anaknya terlihat sangat resah karena beberapa penumpang pria terlihat tak peduli dan terus menghembuskan asap rokok.
Taksi Colt tersebut baru diisi oleh 13 penumpang plus sopir. Sebenarnya, 13 penumpang sudah over kapasitas. Karena mestinya kendaraan itu diisi tak lebih dari delapan penumpang. Namun sudah menjadi tradisi, bahwa angkot yang biasa melayani rute antar kabupaten harus diisi maksimal 15 penumpang plus sopir. Jadi penumpang harus bersabar karena sang sopir masih menunggu satu penumpang lagi. Setelah itu, berangkat!
Sebagai gambaran, Taksi Colt yang biasa digunakan disini memiliki tiga baris kursi dan satu kursi  sejajar sopir. Sesuai kebiasaan, masing-masing kursi diisi oleh empat orang penumpang. Sementara disebelah sopir diisi dua orang penumpang. Bagi mereka yang tidak ingin berdesakan, terpaksa membeli jatah kursi dobel. Tentu saja dengan harga dua kali lipat lebih mahal.
Sebelum penumpang terisi "penuh", sopir tidak akan memberangkatkan angkot tersebut dari terminal keberangkatan. Sopir tak akan pernah peduli kondisi penumpang di dalam, padahal jarak yang ditempuh sangat jauh, rata-rata lebih dari 200 kilometer dengan kondisi jalan banyak yang rusak. Tetapi bagi sang sopir, itu tak penting.
Kondisi seperti ini jelas sangat menyiksa. Selain harus berdesakan dengan sesama manusia, para penumpang juga harus berdesakan dengan barang-barang yang dijejal ke sudut-sudut kosong mobil tersebut. Bagi mereka, bisa meluruskan kaki saja sudah merupakan suatu keberuntungan.
Kalau hari itu sedang apes, para penumpang di angkot tersebut akan menemui sopir yang membawa jeriken berisi minyak tanah yang diletakkan di belakang sopir atau di dekat pintu masuk. Penumpang jelas putus asa. Tapi mau bagaimana lagi, transportasi umum yang disediakan pemerintah hanya jenis L300 yang tidak pernah mendapat peremajaan.
Ini adalah gambaran kondisi masyarakat di Kalimantan Selatan yang tidak pernah menikmati perjalanan antar kota dan kabupaten sejak 1980-an sampai 2000-an. Kondisi ini tidak berubah sampai munculnya transportasi alternatif "Travel" yang mulai nongol pada 2010.
Masyarakat di Kalimantan yang dikenal konsumtif jelas lebih memilih menggunakan Travel. Apalagi transportasi tersebut sudah dilengkapi fasilitas AC, full audio, dan kualitas kendaraan yang jauh lebih nyaman.
Di awal kemunculannya pada 2010, pengelola Travel mematok tarif Rp 110 untuk perjalanan dari Banjarmasin - Batulicin yang berjarak ±250 kilometer. Saat ini, warga Banjarmasin harus merogoh kocek Rp 150 ribu untuk menuju kawasan tenggara di Kalsel.