Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilkada dan Uang Palsu

14 Desember 2015   06:28 Diperbarui: 14 Desember 2015   06:28 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto: rmol. co "][/caption]

Salah satu momen paling menjengkelkan itu ketika mengetahui wanita cantik yang sering menjadi teman curhat kita ternyata seorang waria. Apes!

Hal seperti ini bukan sesuatu yang aneh kalau Anda berada di Thailand. Seperti diketahui, Thailand memang memiliki beberapa kota yang menjadi destinasi wisata utama seperti Bangkok, Phuket, Pattaya atau kota Hatyay.

Di kota-kota ini Anda lebih mudah mencari banci daripada mencari martabak telor. Tapi ya itu tadi, membedakan wanita beneran dan wanita jadi-jadian di negeri Gajah Putih itu perlu proses yang cukup panjang. Kita tak bisa hanya melihat sepintas saja.

Seharusnya masyarakat Indonesia bisa belajar dari sikap selektif-nya pria-pria tulen di negeri Gajah Putih itu saat ingin berkenalan dengan seorang wanita. Mereka pasti tidak ingin jika dikemudian hari baru mengetahui bahwa wanita kenalannya adalah seorang banci.

Berkenalan dengan wanita saja harus begitu selektif. Apalagi saat memilih calon pemimpin. Tetapi realitanya, sebagian masyarakat Indonesia belum bisa membedakan mana pemimpin ori dan yang mana pemimpin berkualitas KW.

Sebenarnya saya ingin menyarankan Anda untuk menolak calon pemimpin yang hobi membagi-bagikan amplop. Tetapi sepertinya sulit. Amplop beserta isinya ternyata masih memiliki daya magis yang bisa mempengaruhi pola pikir manusia.

Tak heran jika tolak ukur keberhasilan calon pemimpin masih dinilai melalui amplopnya. Semakin banyak menyebarkan amplop, semakin besar potensi calon pemimpin itu menang di Pilkada.

Di Kalimantan Selatan mungkin tak ada tim sukses pasangan calon yang berani memberikan amplop kosong kepada masyarakat. Sejelek-jeleknya pasti ada isinya. Minimal mereka memberikan Rp 100. Itupun masih ditambah dengan ajakan solat hajat untuk mendo'akan agar calon pemimpin tersebut menang di Pilkada.

Tapi jangan senang dulu, tak perlu bergembira ria secara berlebihan saat menerima amplop. Persis seperti meneliti waria di Thailand, Anda harus memeriksa secara teliti uang didalam amplop dengan cara "dilihat, diraba dan diterawang".

Jangan sampai ketika uang itu akan digunakan untuk membeli beras di toko sembako terdekat, eh pedagangnya bilang,"maaf mas, uang ini palsu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun