Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Elegi Desa Banjarsari: Di Antara Kepungan Tambang Batubara

7 Desember 2015   20:08 Diperbarui: 7 Desember 2015   20:19 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kedalaman tambang batubara di Desa Banjarsari mencapai 30 meter "][/caption]

Puja Mandela

Desa Banjarsari merupakan sebuah desa terpencil yang berada di Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Desa Angsana berjarak ±200 kilometer dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

Desa ini memiliki luas 1240 hektare. Data 2012 mengungkapkan jumlah penduduk di desa ini sekitar 2304 jiwa dengan 700 kepala keluarga.

Desa ini disebut sangat mirip dengan Pulau Jawa karena mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani sayuran dan pekebun kelapa sawit.

Soal tata wilayah, Desa Banjarsari patut diacungi jempol. Masyarakatnya mengadopsi kebiasaan di Pulau Jawa yang menata desa dengan sangat rapi, indah, dan enak dipandang. Pohon peneduh yang ditanam warga menambah keindahan lingkungan di desa itu.

Kalau Anda masuk ke wilayah ini, nuansa perdesaan di Pulau Jawa memang sangat terasa. Kehidupan masyarakatnya yang harmonis menjadi salah satu faktor pesatnya perkembangan desa ini.

Tetapi itu dulu. Beberapa tahun yang lalu. Jauh sebelum para kapitalis mencium aroma emas hitam di bumi Banjarsari. Dan pada akhirnya, nafsu para perusak alam mengubah segalanya. Alam di Desa Banjarsari mulai diperkosa secara perlahan. Desa Banjarsari mulai kehilangan pesonanya.

Desa Banjarsari bagaikan wanita seksi bagi kaum kapitalis. Mereka mulai menaruh hati pada bumi Banjarsari. Karena keseksiannya inilah banyak perusahaan batubara yang berlomba-lomba mengeruk emas hitam dan memperkosa alam Desa Banjarsari.

[caption caption="Tambang batubara dan sekolahan SDN 2 Banjarsari hanya berjarak 20 meter "]

[/caption]

Dan pada akhirnya, eksploitasi batubara dilakukan secara masif sampai Desa Banjarsari terkepung tambang batubara dari delapan penjuru mata angin. Menurut warga setempat, pada 2011 saja, ada lima perusahaan tambang batubara yang mengeksploitasi alam Banjarsari.

Masyarakat yang biasa hidup penuh ketenangan mulai terusik. Suara alat berat yang mengeruk bumi Banjarsari mulai mengusik tidur mereka. Aktivitas belajar mengajar siswa siswi SDN 2 Banjarsari juga ikut terganggu karena tambang batubara hanya berjarak sekitar 20 meter dari sekolahan. Tak hanya itu, sebaran debu yang berasal dari aktivitas alat berat itu juga mulai mengganggu masyarakat setempat.

Tak terhitung berapa kerugian yang diderita masyarakat Desa Banjarsari. Tak hanya kerugian materil, psikologis masyarakat juga sangat terganggu. Mereka berupaya melawan. Tetapi siapa yang bisa melawan arus kapitalisme yang begitu deras?

[caption caption="SDN 2 Banjarsari "]

[/caption]

Setidaknya ada puluhan rumah yang sudah lenyap dan berubah menjadi kubangan raksasa dengan kedalaman lebih dari 30 meter. Yang patut disayangkan ialah tanggung jawab perusahaan yang tak pernah peduli dengan lingkungan. Pemerintah pun dibuat tak berdaya. Sampai hari ini kondisi Desa Banjarsari begitu memprihatinkan.

Saya sendiri sudah tak bisa lagi menghitung berapa banyak lubang galian eks tambang batubara yang sampai hari ini tidak pernah direklamasi. Lubang-lubang itu dibiarkan menganga begitu saja.

Penderitaan warga semakin lengkap saat ganti rugi yang dibayarkan sejumlah perusahaan dinilai tidak sesuai ekspektasi masyarakat. Saat ini sebagian warga Desa Banjarsari sudah mulai meninggalkan kampung halamannya untuk mencari peruntungan baru di daerah lain.

Bagi mereka, Desa Banjarsari adalah kenangan yang indah sekaligus pahit. Mungkin beberapa tahun lagi Desa Banjarsari sudah berubah menjadi desa hantu, karena sudah tak ada masyarakat yang mau tinggal di desa itu.

"Lestarikan alam hanya celoteh belaka, lestarikan alam mengapa tidak dari dulu. Oh mengapa...".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun