[caption caption="Ilustrasi "][/caption]
Sampai sekarang saya masih heran, darimana dan sejak kapan pronomina “nya” diganti menggunakan huruf “x”. Bukankah perubahan ini akan membuat suatu kalimat menjadi sangat tidak enak dibaca.
Didalam bahsa Indonesia, huruf “x” jika berada diujung kata akan diasosiasikan dengan grafem “k” dan “s”. Sehingga jika kata “milikx” dilafalkan akan berbunyi “miliks”.
Memang seringkali banyak orang mempersingkat kata “yang” menjadi hanya “yg” atau “sayang” yang biasa disingkat menjadi “syg” atau se alay-alaynya menjadi “synk”. Tapi kan singkatan ini masih nyambung dan masuk akal. Lha kalau “nya” menjadi “x” ini nyambungnya darimana coba…?
Tidak semua orang bisa disalahkan. Bisa jadi ini hanya faktor lingkungan dan kebiasaan saja. Tulisan-tulisan seperti itu ada karena pengguna fitur Short Messages Servis (SMS) atau Blackberry Messenger (BBM) mungkin tidak menyukai menulis kata yang panjang-panjang. Jadi mempersingkat kata adalah satu-satunya pilihan.
Kalau dari sisi zahir-nya sih tidak seberapa. Paling-paling hanya tidak enak dibaca. Tetapi bagaimana jika susunan kalimatnya seperti ini, “Kesempurnaan itu hanya milikx, kita wajib percaya takdirx dan rezeki sudah diatur olehx.
Lha “X” yang dimaksud disini Tuhan atau Mister X…???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H