Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Habib Rizieq, Said Aqil dan Video Berdurasi Singkat

25 November 2015   21:01 Diperbarui: 26 November 2015   07:11 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Habib Rizieq Shihab dan Said Aqil Siradj "][/caption]

Puja Mandela

Apa yang bisa diharapkan dari video atau rekaman suara berdurasi singkat? Saat kita menyaksikan rekaman suara berdurasi hitungan detik, tentu saja maksud dan tujuan isi rekaman tersebut tidak akan diterima dengan baik. Bahkan video berdurasi pendek ini seringkali menjadi bahan fitnah.

Kalau video berdurasi singkat hanya sebuah cuplikan atau highlight pertandingan sepakbola, tentu tak akan jadi masalah. Tapi kalau isi video atau rekaman suara ini adalah ceramah agama dari ulama terkenal, tentu potensi pemelintiran isi dari ceramah tersebut akan semakin besar.

Apalagi kita sudah maklum bahwa tidak semua ulama di Indonesia disukai oleh masyarakat. Sebagian diantaranya juga sama seperti artis, memiliki fans dan haters. Sepengetahuan saya ada beberapa ulama yang sering sekali menjadi korban video berdurasi singkat. Yang pertama siapalagi kalau bukan Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siradj.

Terlepas dari ucapan kontroversi yang sering diucapkan beliau, KH. Said Aqil Siradj sering sekali menjadi korban video berdurasi singkat. Contohnya ketika komentarnya tentang jenggot yang begitu menggemparkan dan menuai pro kontra di Indonesia. Setahu saya, video tersebut berdurasi lebih dari satu jam. Tetapi yang ditonjolkan hanya soal jenggot yang mengurangi kecerdasan itu. "Semakin panjang jenggot, semakin goblok,"kata KH.Said Aqil Siradj saat itu.

Sayangnya, video kontroversi tersebut tidak ditampilkan secara lengkap sehingga menimbulkan kontroversi besar di kalangan ulama dan masyarakat awam. Padahal ada bagian saat KH Said Aqil Siradj yang menyebutkan bahwa jenggot itu adalah simbol kesabaran. Mereka yang berjenggot idealnya sudah jauh dari label sumbu pendek, meledak-ledak dan jauh dari sifat takfiri.

Komentar Ketua Umum PBNU dua periode yang menyebut bahwa seharusnya ulama berjenggot meniru akhlak ulama besar Mekkah Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki juga dipotong. Kalau sudah begini kan susah. Potensi salah paham memang sangat besar, apalagi bagi mereka yang sudah sangat membenci ulama kelahiran Cirebon Jawa Barat ini.

Baru-baru ini, Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab juga terkena sasaran video berdurasi pendek. Video ceramah Habib Rizieq berdurasi 43 detik itu dituding telah melecehkan suku Sunda. Padahal sebenarnya video tersebut berdurasi lumayan panjang.

Di awal ceramahnya, Habib Rizieq memuji bahwa Sampurasun adalah ucapan selamat masyarakat Sunda yang sangat terkenal dan mengandung unsur penghormatan kepada sesama. Menurut beliau, sampurasun sebagai adat sunda boleh digunakan untuk menyapa, selama tidak dijadikan pengganti syari'at, "assalamu'alaikum".

Hingga akhir ceramah, saya rasa isi ceramahnya tidak sebombastis yang diberitakan di media online. Ya tentu saja masyarakat yang kontra dengan metode dakwah Habib Rizieq akan langsung menelan mentah-mentah video berdurasi 43 detik itu.

Soal bagaimana isi ceramahnya, silahkan simak sendiri secara lengkap dari awal sampai akhir. Disini saya tidak memihak siapapun, saya cuma melihat bahwa kebanyakan kesalahpahaman seperti ini bermula dari masyarakat yang menelan mentah-mentah informasi yang dirilis media online yang cenderung provokatif.

Saya sendiri sudah mendengar isi ceramah tersebut secara lengkap. Menurut saja, wajar-wajar saja Habib Rizieq bersikap seperti itu karena memang ada yang perlu dikritisi dari berbagai kebijakan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Hal ini juga menegaskan bahwa untuk membuat gaduh Republik Indonesia cukup dengan video atau rekaman suara berdurasi 43 detik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun