Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Presiden dan Kabut Asap

22 November 2015   09:57 Diperbarui: 22 November 2015   10:01 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto: BeritaBorneo.com "][/caption]

 Puja Mandela 

Tidak adil itu mengidentikkan asap dengan tukang sate. Setiap tukang sate memang selalu menghasilkan kepulan asap. Tapi setiap kepulan asap belum tentu bersumber dari tukang sate.

 

Warga Singapura jangan sesekali mengira bahwa kabut asap yang diimpor dari Indonesia karena orang Indonesia sedang berupaya memecahkan rekor MURI bakar sate terbanyak. Bukan, ini bukan soal bakar sate.

Tukang sate tidak bersalah. Mereka tidak boleh disalahkan kalau kabut asap dari Indonesia ternyata sudah nyebrang ke negara tetangga.

Saya sendiri belum mengetahui data pasti terkait seberapa besar kabut asap yang diproduksi oleh Indonesia. Data ekspor kabut asap ke Singapura belum berhasil saya dapatkan.

Soal ekspor kabut asap, sebenarnya pemerintah tak perlu repot dan turun langsung untuk melakukan pengawasan. Tak perlu presiden, menteri, gubernur atau bahkan bupati. Mereka tak perlu turun tangan memantau perkembangan komoditi ekspor paling populer tahun ini.

Cukup setingkat ketua rukun tetangga dan kepala desa yang mengawasi masalah ini. Teknis-nya juga tak ribet-ribet amat. Cukup dengan bantuan angin kabut asap sudah terkirim ke Singapura dan Malaysia.

Soal kedatangan presiden Jokowi ke Kalimantan Selatan itu hal berbeda. Ya, sesekali juga menggelar acara sinetron seremonial penanggulangan asap apa salahnya. Toh warga sudah sangat berbahagia meski presiden dan beberapa pejabat cuma akting sebentar di sekitar lahan yang terbakar.

Bicara akting, ternyata pejabat tingkat nasional sama hebatnya dengan petugas lapangan dan pejabat-pejabat daerah. Konon dalam manuskrip sinetron tersebut, presiden mewantiwanti agar pemadaman lahan jangan hanya sekedar aksi seremonial saja.

Eh ternyata, baru beberapa menit presiden meninggalkan lokasi kebakaran. Para petugas sudah bubar. Bubarnya petugas kebakaran dan sejumlah pejabat lokal ini masih misterius, apakah sedang sama-sama kebelet buang air atau ada hal lain lagi. Entah, ini masih misteri.

Disinilah presiden melakukan aksi heroik yang mungkin membuat para petugas, aparat dan pejabat lokal kebakaran jenggot. Orang nomor satu di Indonesia tiba-tiba muncul. Bahkan kedatangan presiden tanpa pengawalan dari paspampres. Presiden benar-benar tak bisa ditebak!

Tapi yang aneh, walaupun kedatangannya tidak resmi dan terkesan diam-diam, yang saya heran kenapa kedatangan tersebut langsung muncul di pemberitaan online?

 

Ditulis saat Presiden Joko Widodo Datang ke Banjarbaru Kalimantan Selatan 23 September 2015. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun