Puja Mandela
Kalau ada yang berpendapat bahwa terorisme adalah aksi yang tidak berperikemanusiaan, saya sepakat. Kalau ada yang mengatakan aksi terorisme adalah perbuatan biadab, saya juga sangat sepakat.
Saya setuju bahwa terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apapun, termasuk agama Islam yang sering digunakan kaum ekstrim kanan untuk menghalalkan aksi terorisme. Seperti ISIS misalnya.
Tapi soal keprihatinan? Nanti dulu. Saya belum sampai ke level prihatin. Menurut saya, aksi terorisme di Paris itu biasa-biasa saja, setidaknya jika dibandingkan dengan invasi negara-negara barat untuk menghabisi Timur Tengah dan banyaknya warga sipil yang menjadi korbannya.
Aksi terorisme di Paris sebenarnya tidak terlalu heboh untuk dijadikan headline pemberitaan media massa seluruh dunia. Dari rangkaian aksi terorisme yang pernah terjadi, saya jadi kagum, bagaimana seluruh pemimpin dunia dengan lantang dan tegas mengutuk keras aksi terorisme tersebut.
Apakah itu murni dari simpati mereka terhadap korban teroris, atau hanya karena tuntutan dari protokol kepresidenan. Ah, kok jadi seremonial begitu. Iya, statemen berupa kecaman dan kutukan itu kan muncul di acara-acara seremonial kepresidenan.
Misalnya, Presiden Indonesia mengecam aksi terorisme dalam rangka menyikapi tragedi di Prancis. Kalau sudah ada kata dalam rangka, itu kan seremonial banget.
Saya curiga para pemimpin dunia itu cuma pura-pura prihatin. Sebab keprihatinan itu hanya muncul di forum-forum resmi. Rakyat tak akan tahu apa yang diucapkan para pemimpin dunia saat dia sudah beristirahat di kamar pribadinya.
Bisa saja kan, saat di mimbar mereka prihatin, tetapi saat di kamar pribadi mereka justru tertawa terbahak-bahak. Ya terus gimana, prihatin itu kan cuma tuntutan sebagai pemimpin negara.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un adalah salah satu pemimpin secara yang terang-terangan menanggapi sinis aksi terorisme di Paris. Pemimpin Korea Utara ini menyebutkan bahwa aksi terorisme cuma akal-akalan Amerika dan sekutunya untuk menghancurkan negara-negara mayoritas Islam.
Terlepas benar atau tidaknya komentar Kim Jong Un, sejujurnya saya juga tidak terlalu berduka dan tidak bisa untuk ikut-kutan prihatin atas tragedi yang terjadi di kota Paris. Lha terus piye, masa saya harus berduka cita sedalam-dalamnya, padahal hati saya biasa saja…?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H