Mohon tunggu...
Chinta Lintang
Chinta Lintang Mohon Tunggu... -

Ku adalah sebuah ironi yg mencoba masuk dalam demensi hati...\r\nMengubah bait-bait nadi menjadi sebuah puisi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Kenangan Cinta Maya

13 Maret 2015   23:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:42 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maya.... Di sinilah kita jumpa.. Di sebuah alam penuh warna... Kita saling meletakan catatan rasa Mengais cerita cinta.. Canda tawa menyatu. Hingga akhirnya ku terperangkap dalam jiwa mu... Dah sekian tahun ku memadu kasih dengan mu... Hanya lewat dering nada suara dan kata-kata Kau mampu membuat ku jatuh cinta.. Seiring himpitan bayu seiring derasnya waktu dia pergi meninggalkan ku... Di menghilang bagai ditelan awan.. Di mana aku harus mencari.. Ini maya.. Dunia yg penuh dengan misteri... Dunia yg penuh dengan mimpi... Aku tak bisa berbuat apa-apa. Hanya doa yg tulus. Semoga dia baik-baik aja di sana.. Entah di mana dirinya tapi aku masih menyimpan kenangan saat-saat bersamanya... Ku rilis syair puisi ini.. Agar kau tahu di tiap gerimis satu-satu wajah mu masih membelenggu sukma ku,, * MOMENT'S LOVE MAYA * Sahdu bergumun pilu menyentuh kelu terlontar memburu Kala sang bidik mentari berlahan menutup sumbu Pengap hitam kelabu deru bisik angin kencang mendayu Terselip awan perisai buih angan tak bertamu.. Ku rangkai tajam rindu bersama bayang Mengurai awan menjalar segala nalar Ku simbak kembali rangkuman jelaga indah mata mu Di semak sketsa mega bertahta candu mu.. Saat tawa mu tumpah tampa beban Saat senyum mu indah mengambang.... Acccchhhhh.....betapa aku sangat merindukan mu... Lembam kabut mulai menutup hitam Terkelap menanti gelap meniti malam Rembulan pun pucat pasi Sementara tirai sepi menghimpit sunyi.. Di balik gelap gulita tersisa sinar menyelinap bara di cela-cela jendela Sementara Lintang Kejora kembali meneteskan air mata durja setelah sekian lama terang merana.. Chinta.. Dah sekian waktu kita memcumbu menari-nari diatas titian dermaga rindu Kau memasung harapan menyeka wajah ku mengarak asa untuk ku Tapi kini... Paras pesona mu tak mampu menjelma dipelukan mata sudut ku.. Kau semakin jauh sukar ku rengkuh Meskipun seribu bintang bertaburan tak sanggup ku gapai dalam rengkuhan Kau menghilang bagai debu berterbangan di telan awan.. Chinta,, Di sini.. Di tempat maya ini.. Ku masih memanggang rindu di atas basah dedahunan Menggeringkan segala kenanggan yg tumpah berlahan.. Kau yg telah pergi masih menyisakan rasa yg menggugah nurani Sesekali menyeka jiwa menggali arti ada mu yg tak jua menepi dari sisi hati.. Ohh,,,,Chinta.. Kapan rasa ini kan terakhiri.. Sbuah teka-teki kenanggan masa lalu mu yg sulit ku lepasi.. Ku coba susun aksara dengan tanggisan bait-bait nadi Ku gurat demi guratan perih di hati menjadi sesak membungkam diri.. Hanya untuk kau mengerti bahwa ku benci bila wajah mu terpangpang di tiap detak nafas diri.. Chinta.. Nama mu masih menggetarkan sukma Yang tak lengkang oleh masa Bidik aroma rasa mu masih terasa menggelora.. Ku kumpulkan segala tenaga tuk mencoba menghilangkan asa ku pada mu Namun kian ku coba kian pula terasa menyiksa.. Tak ada kata lelah menggiringi tiap langkah yg ku tempa Namun apa daya getar cinta mu mengalahkah segalanya.. Chinta... Satu pinta ku... Semoga kau bahagia di sana dengan bahtera rasa cinta yg berbeda Biarlah masa-masa kita dulu kan ku bawa sendiri sampai diujung dunia Yg suatu saat akan menjadi moment's yg paling berharga.. Terima kasih Chinta... Atas rasa yg dulu kau beri.. Ku mengerti kau dah ada yg memiliki Dan mungkn kau dah melupakan ku di tiap inci terkunci.. Tapi MAYA ini akan menjadi saksi bahwa kita pernah mengikat dua hati yg saling mencintai..... Love story Karya: Chinta Lintang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun