Mohon tunggu...
Chinta Lintang
Chinta Lintang Mohon Tunggu... -

Ku adalah sebuah ironi yg mencoba masuk dalam demensi hati...\r\nMengubah bait-bait nadi menjadi sebuah puisi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau masih yang terindah mesti penantian kau hempas

19 Maret 2015   19:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:25 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah kisah sepengal nama dan seuntai harapan... Kini ku persembahkan pada seseorang yg jauh di negeri seberang.. Dia telah pergi meninggalkan ku sendiri tampa pesan.. Entah tak tahu kenapa dan mengapa.. Mungkin kelak dia kan mengerti di mana tempat kasih sayang serta cinta ku ini Bukan lah penyesalan yang ku harapkan padanya Jika itu dia sadari melainkan sebuah kisah sebuah nama.. Penantian yg ku pertahankan menemui titik hampa.. Tapi ku relakan kepergian nya.. Tanpa harus dia memalingkan wajah dan terlihat raut kesedihan di wajah nya.. Ku mencoba tegar dan bisa menempatkan diri selayak nya jalan kehidupan... Ku liris syair ini.. Agar kau mengerti... Kasih sayang ini masih terpatri untk kamu yg ku cintai... Walau kau telah pergi entah di mana ada mu kini.. * KAU TETAP YG TERINDAH * Terang cahya bulan berbidik angan menyelinap bayang.. Di balik awan terselip kabut hitam keras menghamtam menyeruak ego ketulusan.. Kencang tabuh halilintar menderu bergelimbung bisu.. Deras air mata rimbun mengeras membeku.. Berakhir pula asa pelangi yang ku rakit diatas pisau jiwa mu.. Senyap lelap berkumbang pilu Rindu yang menjadi lukisan sepi telah hanyut ditelan angin lalu.. Di tiap alunan nada suara mendendang shadu&denyut jantung ku menggiringi hari mu Seperti hati ku yg selamanya ingin berada pada payung mata bening mu.. Tapi di mana ada mu..? Kau pergi tampa pesan.. Melengang bagai layang-layang terbang tampa tumpuan.. Melayang&trus melayang tak ada landasan tuk di labuhkan.. Ingin sekali ku mencari.. Tapi kemana lagi kan ku cari Ku coba teduh dalam satu hiba Ku masih terhisap sepi yg memangut diujung sapa memeluk senja.. Telah ku tapaki beribu-ribu duri mata kaki menghantar perih menancap tak ku temui dimana kau sembunyi.. Sepi sunyi ku gelitiki mencari ambisi mengukir bait-bait terperinci.. Kau tetap tak ku temui Hanya selebat riuh angin gaduh menampar lahar mengulum peluh.. Chinta... Kau datang membawa segumpal kasih sayang.. Tapi kenapa kau pergi meninggalkan hati ini sendiri.. Kenapa kau tega..! Bukankah kita telah mengikat janji mengabdi tiap hati mengoboti ketika tersakiti.. Chinta... Dengarlah,degarlah celoteh nyayian rindu tiap waktu mengumpal peluh ku.. Mengomel tak tentu menunggu sebait kabar dari mu.. Tapi apa yg ku dapatkan hanya arakan awan,kebisuan,selebat angin bertiupan&nyayian usang tampa jawaban.. Saat tangan tak kuasa menggegam Ku rentangkan telapak jemari Setelah kau pergi Ku tak tahu lagi kepada siapa ku berdiri.. Segalanya telah terhembas waktu seiring jalanya kau meninggalkan ku.. Berlahan&berlalu kenangan manis itu mash melekat dibenak ku.. Walau empedu menelan diakhir cinta ku.. Kau tetap yg terindah yg ku temui dalam perjalanan hidup ku.. I LOVE U.... Entah di mana ada mu.. Ku harap kau baik2 saja&selalu menyunging bahagia walau pun kita tak lagi bersama... Story love.. Karya: Chinta Lintang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun