Mohon tunggu...
Puji HastutiSPd
Puji HastutiSPd Mohon Tunggu... Guru - Guru Taman Kanak-Kanak

membuat contoh PTK (Penelitian Tindakan Kelas) bagi guru PAUD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

PTK Upaya Meningkatkan Fisik Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Kolase dengan Media Bahan Bekas pada Kelompok B TK Islam Bakti 2 Boyolali TP2020-2021

26 November 2023   20:25 Diperbarui: 26 November 2023   20:49 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Kompetensi dasar  motorik anak TK yang diharapkan dapat dikembangkan saat anak memasuki persekolahan yaitu melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan, keseimbangan serta berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni.

Pembelajaran bagi anak usia dini pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain, belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar. Pembelajaran harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat tercapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. 

Pembelajaran yang diberikan pada anak usia dini adalah pembelajaran yang inovatif, dimana guru harus mengeksplor kemampuannya untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Bermain sambil belajar adalah ciri khas dalam pembelajaran untuk anak, agar anak tidak mudah bosan dan dapat mengikuti pembelajaran yang telah disusun guna kesuksesan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru atau pendidik. Pembelajaran yang diminati anak akan memudahkan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini guru dituntut untuk sangat kreatif dan inovatif dalam menciptakan proses pembelajaran.

Berdasarkan  pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap salah satu kegiatan yang dilakukan di TK Islam Bakti 2 Boyolali, dalam memberikan stimulasi terhadap anak ditemukan adanya beberapa masalah diantaranya hasil dari kegiatan kolase masih kurang maksimal, media atau bahan yang  
disediakan hanya berupa kertas lipat, sebagian besar anak tidak bersemangat dalam menyelesaikan kegiatan kolase, guru dalam memberikan pembelajaran masih belum terintegrasi dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir, juga kurangnya pengawasan dari guru ketika kegiatan berlangsung.

Kolase merupakan  kegiatan yang baik untuk anak-anak prasekolah dan dapat mengembangkan motorik halus, koordinasi tangan dan mata, mengembangkan kreativitas, mengeksplorasi kegunaan baru dari bermacam kertas dan mempelajari tentang konsep-  konsep desain dari pola,  penempatan ukuran dan bentuk. Maka perlu diberikan stimulasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak serta dalam pemberiannya dengan cara yang benar, sehingga kemampuan anak benar-benar terasah sebagai awal dari kemampuan-kemampuan anak lainnya yang akan berkembang dengan seiring perkembangan fisik motorik halusnya, karena dengan berkembangnya fisik motorik halus anak dengan baik maka kemampuan yang lainnya juga akan terasah.

Maka perlu adanya beberapa perbaikan dalam pemberian rangsangan terhadap anak melalui pemberian kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Penulis  berfikir Pemanfaatan bahan bekas yang sudah tidak terpakai lagi efektif untuk dimanfaatkan dalam penyusunan kolase. Barang bekas yang murah, mudah didapat dan yang pasti aman untuk diberikan pada anak usia dini. Peneliti memilih menggunakan media dari bahan bekas ini untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak yang masih kurang berkembang dalam pendidikan anak usia dini melalui kegiatan kolase. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti kemampuan motorik halus anak didik dengan mengambil judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Kolase dengan Media Bahan Bekas Pada Kelompok B TK Islam Bakti 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2020/2021”

B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang disebutkan  di atas maka, peneliti mengambil  rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak melalui  kegiatan kolase dengan media bahan bekas dikelompok B TK Islam Bakti 2 Boyolali Tahun Pelajaran  2020/2021?”

C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian  ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak pada kelompok B TK Islam Bakti 2 Boyolali melalui kegiatan kolase dengan  media bahan bekas.

D.Manfaat Penelitian
Manfaat  yang ingin diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
1)Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru mengenai pemberian stimulasi dan rangsangan yang tepat bagi anak dan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan kegiatan kolase dengan memanfaatkankan media bahan bekas. Serta mendorong agar dapat  menciptakan kegiatan yang lebih kreatif, bervariasi dan dapat memanfaatkan bahan bekas menjadi karya kolase yang baik.
2)Bagi Anak
Bagi anak, diharapkan  penelitian  ini dapat  memberikan manfaat kepada anak dalam  meningkatkan  kemampuan fisik motorik halus anak melalui kegiatan  kolase dengan  memanfaatkan  media bahan bekas. Sehingga, kebutuhan anak akan stimulasi sesuai dengan perkembangannya terpenuhi.
3)Bagi Orang tua
Bagi orang tua siswa, diharapkan dapat  memberikan  manfaat berupa wawasan tentang tata cara dan bagaimana  memberikan stimulasi yang benar terhadap perkembangan anak  sesuai  dengan minat dan kebutuhan anak mereka.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.Kemampuan Motorik Halus
Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus sehingga membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan  dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
Suyanto (2005) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat. Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Menurut Sumantri (2005) tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini adalah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Pengembangan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai.  
Tahapan Perkembangan Motorik Halus, Desni (2010) menyatakan bahwa tahapan perkembangan motorik halus berdasarkan usia, antara lain adalah :
a.Usia 1-2
Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk, membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan, menyusun menara dari balok  
memindahkan air dari gelas ke gelas lain, belajar memakai kaus kaki sendiri, menyalakan TV dan bermain remote, belajar mengupas pisang.
b.Usia 2-3
Mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan, memegang pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju, memakai baju sendiri.
c.Usia 3-4
Menggambar manusia, mencuci tangan sendiri,membentuk benda dari plastisin, membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi.
d.Usia 4-5
Menggunting dengan cukup baik, melipat amplop, membawa gelas tanpa menumpahkan isinya, memasukkan benang ke lubang besar.
B.Kolase
1.Pengertian Kolase
Kolase berasal dari kata “Collage” dari bahasa Prancis yang berarti merekat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar (Depdiknas.2008:580). Bambang Sujiono, dkk (2009: 1.13) menyatakan bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak, karena gerakan motorik kasar terbentuk saat anak mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan hampir seperti orang dewasa dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Misalnya meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri satu kaki, berjinjit, berdiri di atas satu kaki, berjalan di titian dan sebagainya.
Kolase merupakan perkembangan lebih lanjut dari seni lukis. Dimana pada awal abad ke-20 para perupa sering menambahkan (menempelkan) unsur-unsur yang berbeda ke dalam lukisan mereka yaitu potongan kain, kayu, ataupun kertas koran. Namun, memang ada perbedaan yang sangat signifikan antara seni kolase dan seni lukis. Di dalam karya seni kolase, selain aspek formal seni yang di kedepankan meliputi nilai-nilai dasar keindahan, tata penyusunan objek ke dalam frame (layout), kontur, bentuk objek, dan warna sebagaimana disodorkan oleh karya seni lukis dan desain grafis, tetapi juga aspek ilustratif yang meliputi aspek konten dan bentuk gambar kolase sendiri.
2.Tujuan Kolase
Menurut Mayesky (2011 : 2) bahwa kolase bertujuan yaitu antara lain :
a.Untuk mengembangkan kreativitas.
b.Mengembangkan motorik halus, koordinasi tangan dan mata.
c.Mengeksplorasi kegunaan baru dari berbagai macam kertas.
d.Mempelajari tentang konsep-konsep desain dari pola, penempatan, ukuran dan bentuk.
3.Manfaat Kolase Bagi Anak Usia Dini
Menurut Ramdhania & Triyuni  (2012) manfaat Kolase adalah sebagai berikut :
a.Melatih motorik halus
b.Meningkatkan kreatifitas
c.Melatih konsentrasi
d.Mengenal warna
e.Mengenal bentuk
f.Melatih memecahkan masalah mengasah kecerdasan spasial
g.Melatih ketekunan
h.Meningkatkan kepercayaan diri
Selain yang disebutkan di atas, menurut Yohana (2013:23) manfaat Kolase adalah sebagai berikut:
1.Dapat meningkatkan kreativitas seni pada anak.
2.Dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan.
3.Dapat meningkatkan daya pikir, daya serap, emosi, cita rasa keindahan menempel kolase.
Mengingat banyaknya manfaat yang bisa didapatkan oleh anak usia dini dalam kegiatan kolase, maka tidak ada salahnya jika orang tua memberikan kegiatan kolase sejak usia dini, terlebih lagi pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini harus selalu memberikan stimulasi melalui kegiatan kolase ini agar dapat menumbuhkan kreativitas anak.
Langkah-langkah pembuatan kolase di antaranya sebagai berikut :  
1.Menyiapkan pola bergambar
2.Menyiapkan beberapa bahan yang ingin ditempelkan ke pola tersebut.
3.Memberikan lem pada pola yang telah disediakan kemudian direkatkan pada bahan yang telah disiapkan ke dalam pola tersebut.

4.Media Bahan Bekas
Kata “media” berasal dari bahasa Latin, medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar”. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip dalam buku Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, menyatakan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan  keterampilan, atau sikap. Media dalam arti umum sering diidentikkan dengan buku, guru, dan juga lingkungan sekolah, namun lebih khususnya media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronik untuk menangkap, menyusun kembali  informasi visual atau verbal.
Menurut Iskandar (2006: 2) bahwa barang bekas adalah barang yang telah digunakan dan tidak dipakai kembali atau dapat dikatakan sebagai barang yang sudah diambil bagian utamanya. Sebagian orang mungkin menyepelekan barang bekas, sebenarnya apabila barang bekas dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembelajaran dan media pembelajaran atau memiliki nilai seni yang tinggi tentunya barang tersebut memiliki estetis dan nilai ekonomis sehingga ia menciptakan tanpa harus membeli barang baru, barang bekas sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan dan memanfaatkan barang yang telah tidak dipakai. Barang bekas seringkali kita jumpai dimana-mana tidaklah sulit untuk mencari barang yang telah digunakan oleh orang lain ini semua memudahkan pendidik dalam mendapatkan media baru. Setidaknya kita dapat mengambil manfaat akan barang bekas yang kurang memiliki arti dalam kehidupan sehari-hari menjadi media yang penting dalam pengembangan potensi kreativitas anak.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, “barang” diartikan sebagai benda yang berwujud sedangkan arti kata “bekas” adalah sisa dari barang yang telah dipakai, jadi, barang bekas bisa diartikan sebagai benda - benda yang pernah dipakai yang sisanya sudah tidak dimanfaatkan kembali, barang sisa memiliki kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru. Bahan sisa dapat berupa sampah rumah tangga yang berasal dari segala macam kegiatan, seperti kegiatan memasak didapur, daun-daun yang berguguran, kardus-kardus susu dan kertas yang bertumpuk, kain perca bekas baju yang telah tidak dipakai, botol dan kaleng bekas minuman. Diperkuat dengan Montolalu (2005: 8) yang mengatakan beberapa contoh bahan sisa antara lain seperti kertas bekas, kardus/karton, bahan/kain, plastik dan kaleng, tali, tutup botol dan karet.
Jadi dapat disimpulkan media bahan bekas adalah alat atau perantara yang memberikan pengetahuan kepada peserta didik agar memiliki keterampilan yang  berasal dari  benda-benda yang pernah dipakai yang sisanya sudah tidak dimanfaatkan kembali, yang mana barang sisa tersebut memiliki kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru atau benda sebelumnya. Contohnya : koran bekas, plastik, kain perca, cangkang telur dan lain sebagainya. Barang atau bahan bekas tersebut dapat dimanfaatkan kembali, menjadi barang yang lebih bernilai guna dan menjadi barang yang lebih indah untuk dilihat ketika sudah diolah atau didaur ulang menjadi sebuah karya seni  oleh orang – orang
Yang kreatif

BAB III
RENCANA PERBAIKAN

A.Subjek Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan penulis di TK Islam Bakti 2 Boyolali  yang berlokasi di Desa Kebonso, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Tahun Pelajaran 2020/2021.
2.Waktu Penelitian
Pelakanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu sebagai berikut :
a.Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 19 April 2021 sampai dengan Jumat, 23 April 2021.
b.Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 26 April 2021 sampai dengan Jumat, 30 April 2021.
3.Tema yang diambil dalam rencana perbaikan Siklus 1 dan Siklus 2 adalah Negaraku.
4.Kelompok anak yang menjadi subjek penelitian adalah Pada anak kelompok B dengan jumlah peserta didik sebanyak 10 anak, yang terdiri atas siswa laki-laki sebanyak 5 anak dan siswa perempuan sebanyak 5 anak. Dengan usia rata – rata adalah 5 – 6 tahun.
5.Karakteristik anak secara umum adalah anak yang cenderung aktif dan kreatif dalam bermain dan sering kali menunjukkan sikap rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba yang besar. Sehingga diharapkan dengan memanfaatkan media bahan bekas ini dapat memenuhi rasa ingin tahu dan mencobanya dalam kegiatan bermain kolase sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya

B.Deskripsi Rencana Tiap Siklus
1.Siklus I
a.Rencana Pelaksanaan
Sebelum penelitian dilakukan, akan disampaikan kondisi awal anak didik kelompok B TK Islam Bakti 2 Boyolali. Sebelum dilaksanakan perbaikan dengan kegiatan kolase menggunakan media bahan bekas, hanya sebagian kecil anak didik yang mampu menyelesaikan sesuai indikator pada siklus pertama. Kegiatan yang terlebih dahulu dilakukan guru adalah membuat rancangan kegiatan, yaitu sebagai berikut :
1)Kegiatan awal
Dilakukan dengan kegiatan rutinitas, yaitu berbaris, berdoa, salam, bernyanyi dan bercakap - cakap
2)Kegiatan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menjadi praktik dalam observasi dan penilaian dalam perbaikan. Langkah – langkah kegiatan inti sebagai berikut :
a)Mengatur tempat duduk anak dan guru berada didepan kelas menghadap anak – anak.
b)Guru memulai menjelaskan bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan kolase
c)Guru memulai menjelaskan cara mengerjakan
d)Guru membagi gambar dan bahan kolase
e)Guru mempersilahkan anak untuk mengerjakan dan memotivasi untuk dapat menyelesaikan dengan rapi
f)Guru menilai dan mengevaluasi kemampuan anak dan mencatatnya.
3)Kegiatan akhir
Kegiatan akhir dilakukan dengan mengulas kegiatan yang telah dilakukan selama satu hari, diakhiri dengan bernyanyi, berdoa dan salam

b.Rencana Pengamatan
Rencana pengamatan yakni penilaian terhadap objek, seperti siapa yang diamati, kapan pengamatan dilakukan, apa hasil yang akan diperoleh dari observasi yang dilakukan (pengamatan terhadap proses pembelajaran dan pengamatan hasil belajar). Dari hasil pengamatan guru terhadap hasil kegiatan anak dalam motorik halus yang telah dilaksanakan anak terutama kolase, dimana anak belum mau menuntaskan pengerjaannya sehingga belum tercapai hasil sesuai harapan.
c.Rencana Refleksi
Refleksi yaitu bagaimana cara merefleksi proses pembelajaran dan hasil belajar dengan tujuan melihat kelemahan dan kelebihan Tindakan perbaikan yang telah dilakukan untuk merencanakan perbaikan kegiatan selanjutnya. Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajan setiap hari.

2.Siklus II
a.Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pada siklus II ini merupakan hasil refleksi guru. Pada siklus I model pembelajaran guru dan gambar objek untuk kolase yang kurang menarik untuk anak menjadi  penyebab pembelajaran kurang berhasil. Sehingga hasil yang diharapkan belum maksimal. Pada siklus 2 ini, guru akan menggunakan media bahan bekas dan gambar objek yang lebih menarik lagi agar dapat memancing rasa ketertarikan anak untuk mengerjakan. Sehingga diharapkan anak akan lebih semangat dan tanggung jawab untuk menyelesaikan kolase dengan penuh dan rapi.
Langkah – langkah pelaksanaan siklus II, yaitu sebagai berikut :
1.)Posisi anak duduk berkelompok 1 meja 3 anak, posisi guru berada ditengah dapat mengamati anak berkegiatan dengan mudah
2.)Guru menyiapkan media bahan bekas yang lebih mudah dijangkau pengetahuan anak dan gambar objek yang menarik
3.)Guru memulai menjelaskan cara pengerjaan, cara menempel dan cara merapikan
4.)Guru menekankan hal – hal yang penting yang berkaitan dengan tehnik menempel kolase
5.)Guru meminta anak mengerjakan dengan percaya diri dan berani, serta mempersilahkan anak bertanya dan minta bantuan apabila membutuhkan bantuan saat menemui kesulitan.
6.)Pada hari kedua sampai hari kelima, pelaksanaan juga sama seperti langkah – langkah sebelumnya.
7.)Guru mengulas dan mengevaluasi hasil anak secara menyeluruh.
b.Rencana Pengamatan
Siklus II diharapkan menunjukkan adanya kemajuan serta peningkatan pada anak didik. Dengan menggunakan model pembelajaran dan media bahan bekas yang menarik, maka diharapkan anak akan tertarik dan mampu menyelesaikan kegiatan dengan hasil yang sesuai harapan.
c.Rencana Refleksi
Penggunaan media bahan bekas dalam kegiatan kolase diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Adanya keingintahuan dan ketertarikan terhadap media yang digunakan tersebut dapat merangsang anak untuk mau mengerjakan kegiatan kolase dengan penuh semangat, tanggung jawab dan suka cita.
Adanya motivasi dan penghargaan yang diberikan guru akan meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian pada anak untuk mengambil keputusan pengaturan letak menempel media sesuai gagasan anak. Serta hubungan yang baik anatara guru dan anak didik selama proses belajar akan memaksimalkan hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran itu sendiri.
 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.PELAKSANAAN SIKLUS
1.Pra Siklus
Berdasarkan kondisi anak di TK Islam Bakti 2 Boyolali Tahun 2020/2021 yang peneliti temukan adalah :
1)Anak belum bisa rapi saat kegiatan kolase.
2)Anak belum dapat mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakkan rumit.
3)Anak belum mampu menyelesaikan kegiatan kolase.
4)Anak belum mampu mengekspresikan diri dengan berkarya seni.
 Kondisi seperti ini wajar karena anak-anak hanya senang untuk bermain dengan suatu yang disukainya. Oleh karena itu peran pendidik menjadi tolak ukur peningkatan kemampuan motorik halus bagi anak-anak dengan tehnik pengajaran yang menyenangkan dan mampu untuk menstimulus anak didik untuk mengembangkan motorik halus yang baik dengan keterampilan kolase.
2.Siklus I
Pada penelitian ini, peneliti akan mengadakan serangkaian kegiatan yaitu mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan merumuskan masalah. Setelah peneliti mengadakan observasi kelas, maka peneliti akan menemukan beberapa permasalahan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan media bahan bekas. Permasalahan tersebut antara lain : hasil belajar yang belum sesuai dengan harapan guru, beberapa anak masih kesulitan dalam melaksanakan kegiatan kolase dengan media bahan bekas, stategi guru yang kurang tepat dalam kegiatan tertentu.
Dari hasil pengamatan pada kegiatan pengembangan motorik  halus melalui kegiatan kolase dengan media bahan bekas dapat disimpulkam bahwa pengarahan yang dilakukan guru secara klasikal kurang memberikan pemahaman yang jelas bagi anak. Anak kurang fokus pada  
materi yang disampaikan guru, sehingga pada waktu melaksanakan kegiatan anak merasa kesulitan. Anak kurang paham bagaimana cara menempel  yang benar agar pola gambar tidak sobek dan hasil gambar kolase rapi.

3.Siklus II
Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan adanya kemajuan serta peningkatan hasil. Pada awalnya masih ada anak yang belum dapat melaksanakan kegiatan kolase dengan media bahan bekas dengan rapi. Dengan metode pembelajaran yang tepat, yaitu guru memberikan pengarahan dan contoh di setiap kelompok maka anak-anak lebih mampu memahami apa yang dijelaskan guru dan dapat menyelesaikan kegiatan dengan baik. Hal ini tentu saja sangat diharapkan guru. Dari 10 anak, terdapat 8 anak dapat menyelesaikan kegiatan dengan baik.
Kegiatan kolase dengan media bahan bekas dengan gambar yang menarik bagi anak, akan menambah semangat anak dalam melaksanakan kegiatan. Kreativitas anak juga akan meningkat seiring dengan semangat belajarnya.  Motivasi serta apresiasi dari guru akan menambah rasa kepercayaan diri pada anak untuk melaksanakan kegiatan. Jika terdapat keakraban antara guru dan anak selama proses pembelajaran, maka akan memperkecil tingkat kesalahpahaman antar guru dan anak. Hasil yang dicapai anak akan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun