Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air Mata Kunang-kunang

21 Juli 2021   21:31 Diperbarui: 21 Juli 2021   21:47 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam lain
Tak seperti kemarin
Di mana kunang-kunang datang
Dan gerimis pun berkurang

Malam semakin
Ditelanjangi ingin
Di mana celoteh angin tak bisa diam
Namun percakapan angan kian terbenam

Perih menggenggam
Menenteng hitam
Jejak-jejak membekas
Langkah-langkah malam beranjak lekas

Malam berbeda
Seperti menggoda
Di mana lentera kehabisan sinar
Dan kenangan masih insomnia didalam kamar

Malam kelam
Membebani pilu yang terdalam
Di mana kunang-kunang pernah datang dengan kerlap-kerlip cerita
Dan kemudian pulang meninggalkan bekas kecupan air mata di kening jendela

Sesak menginap
Menghirup gelap
Rintik-rintik gerimis bersahutan
Tangan-tangan malam kembali menangkap rindu yang berkunang-kunang ditengah hujan

***

Puhid Akhdiyat

21/07/21.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun