serius sudah terkukus, terkupas sudah?
sebuah orkestra pertanyaan yang gagal di dalam panggung kepala,
sebab kembali Ia tutup telinga.
lalu menyeret sebuah apel kedalam kucuran air mata,
Terus Ia cuci, sampai suci.
segenggam pisau tepat menodong, ke sasaran apel empuk yang sedari tadi dingin telanjang-
telentang pasrah dan yang semula nol besar perlahan berubah seperti kotak dadu yang ada dipikiran, tetapi kali ini tak disisipi dengan angka-angka jahat.
dari arah dekat jendela kamar
nada rendah tangis bayi kemudian terdengar.
ah, barangkali sebuah
alarm pertanda lapar.
huh!!
sudah separuh jalan, namun separah pikiran.
entah kembali teruskan kebaikan,
atau sejenak hentikan tangisan.
ah!!
biar saja menangis,
menangislah saja.
sekencang musik mesin blender, yang tengah menggiling haluskan
kerasnya kehidupan.
tangis mulai mengering,
reda kemudian disaring.
cinnamon stewed apple, menu khusus buatmu sedikit lagi tersaji sempurna.
oh iya,
boleh ya Ibu tambahkan sedikit serbuk doa-doa beraroma kayu manis
biar ceritamu kelak manis
kamu juga mau kan?
Ibu tambah juga sedikit air susu Ibumu ini
biar dewasamu nanti tak membalasku dengan air mata
"sini sayang, ibu suapin."
****
Puhid Akhdiyat
10/07/21.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H