Kuselimuti dikau dengan rasa aman, bermula hanya setitik asa hingga sesak rasaku memenuhi dada. Kini kau bak permata, dikau begitu berkilauan setelah selimutku dikau buang dan takdirku berikutnya adalah di kacangin begitu saja.
Tapi itu bukan salahmu, hanya saja aku yang tak bisa membusukkan rasa. Sebelum dikau lupa.
Kuselongsongi dikau dengan rasa nyaman, bermula hanya sekosong mata hingga dewasa tubuhmu menggoda. Kini kau bak peluru cinta, dikau begitu mematikannya setelah proyektil rasamu berhasil menembus hati mana yang dikau suka dan takdirku berikutnya adalah di kacangin begitu saja.
Tapi bukan salahmu, hanya saja aku yang tak bisa membunuh rasa. Sebelum dikau lupa.
Kucadari dikau dengan rasa hormat, bermula hanya sebenih doa hingga takutku menoda setinggi bumantara. Kini dikau bak bidadari, dikau begitu memesonanya setelah terlepas dari sangkar surgaku dan takdirku berikutnya adalah dikacangin begitu saja.
Tapi bukan salahmu, hanya saja semoga nanti dikau jangan cari-cari dan jangan mendekatiku lagi seperti kacang yang mendadak teringat akan kulitnya. Aku sudah menjadi sampah. Dan itu dosa.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H