Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - â›”

Feel nya mana?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Monolog Musim Gugur

30 Mei 2019   13:40 Diperbarui: 30 Mei 2019   18:27 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang bilang 'Daun yang jatuh tak pernah membenci angin', "Ah, mungkin ada tapi tidak semua daun itu sama penerimaannya, kan? " 

Di antara salah satunya pasti ada yang disiang-malamnya masih bertasbih mengingat dalam-dalam rasa bencinya, dan kebiasaan itu dimulai ketika asanya patah tertiup jatuh berserak di tanah. 

Akan tetapi daun yang mana?  Tanyakan saja pada angin yang dicinta-dirindui tetap diam saja, dicaci-dimaki tapi selalu berlalu begitu saja. 

Namun angin itu selalu menitikan air mata selepas berlalunya musim gugur kata-kata. 

"Kenapa masih ada saja daun yang tak bisa menerima garis keras realitas Tuhan dengan akal sehatnya." 

Bukankah dedaunan rasa harta tahta cita-cita usia dan kata-kata bisa gugur kapan saja, termasuk; Cinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun