Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Burung-burung Kertas

25 Mei 2019   07:15 Diperbarui: 25 Mei 2019   07:23 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1/

Rasa adalah lembaran kata yang kamu lipat membentuk benda, untuk bisa merasa kamu tak perlu adanya penampakan sempurna sebab cinta bisa juga lewat astralnya doa.

Kita adalah lamunan sengaja yang semesta cipta lewat cara apa saja, untuk menjadi sepasang kita tak mesti mutlak mengeja akad dan melingkari cincin di jemari kita.

Cinta adalah harapan mentah yang titimangsa olah menjadi hiburan surga dunia, untuk menjadi seseorang yang mencintaimu aku tak perlu melipat kertas putih membentuknya jadi burung-burung kertas palsu penuh warna; Kecuali kamu menyukainya.

2/

Tanpa logika wanita datang dengan perasaan gembira, tangan-lengannya yang pernah terluka terlalu lupa ketika cinta yang lebih baik dari sebelumnya tiba menuntun hujan pulang memanggil bianglala cerita.

Tidak juga menggenggamnya, mungkin cuma bermain-main melipat air mata, jari-jemari wanita yang sering dinodai dusta mereka terlalu perasa atau bahkan mati rasa dalam melayangkan kertas percaya. 

Tepatnya kata-kata, dari sana terbitnya rasa dan dari sana pula lah banyak hati wanita jatuh cinta dan berdarah-darah setelahnya, ada yang mulai beranjak lupa atau hanya ingin menikahi kenangan mereka.

3/

Kepada Tuhan yang tak pernah merasa kesepian meski tanpa pasangan, aku ingin bertanya. Bila aku selamanya sendiri apakah itu sebuah dosa.

Jangan bertanya kembali padaku, apakah sepi itu menyiksa? aku hanya ingin Engkau jawab lagi Tuhan kenapa siang dan malam tak bisa duduk satu meja bersama dalam perjamuan semesta yang sama?

Atau setidaknya jangan biarkan aku terlalu banyak bertanya dalam sangkar cemas, maka biarkanlah aku terbang dengan bebas dan setelahnya berterima kasih pada hal-hal semu yang mudah basah di antara sayap-sayap kertas; Asaku selalu luruh karenanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun