Mohon tunggu...
Puguh Sudarminto
Puguh Sudarminto Mohon Tunggu... -

Seorang guru biasa. Bisa ditemui di www.labpuguh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Pertama Sekolah bagi Orang Tua, Guru, dan Marsel

26 Juli 2016   12:36 Diperbarui: 26 Juli 2016   13:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama sekolah selalu menjadi mowen istimewa bagi anak-anak. Mereka yang naik tingkat akan merindukan nuansa baru dengan guru baru tentunya. Bagi mereka yang baru menginjakkan kakinya di sebuah sekolah pasti akan merasakan sebuah aura kebahagiaan yang luar biasa dengan membawa banyak imajinasi akan lingkungan baru.

Aliyah, putri kami menjadi salah satu dari jutaan anak-anak di seluruh tanah air yang merasakan kebahagiaan itu. Menjelang hari pertama masuk sekoah, Aliyah hampir tidak bisa tidur. Membayangkan tentang sekolah barunya. Setelah lulus dari jejang playgroup, Aliyah mengikuti satu jenjang di atasnya, TK A dengan sekolah baru.

Bagi anak-anak, mendapatkan sepatu baru, baju baru, tas baru, dan semua serba baru seperti mendapatkan sebuah kado istimewa selayaknya kado ulang tahun. Kami sekeluarga sudah mempersiapkan semuanya.

Bagi kami, hari pertama sekolah tidak boleh terlewatkan sedikitpun. Saya ingin sekali bersama dengan istri mengantar anak kami di hari pertama sekolah. Melihat lingkungan sekolahnya, para guru, dan tentunya bagimana kondisi fisik dan kejiwaannya ketika berada di sekolah baru untuk pertama kalinya.

Namun sayangnya kami tidak bisa mewujudkan keinginan kuat tersebut. Akhirnya, hanya istri saya yang bisa mengantarkan Aliyah...

Makna Bagi Orang Tua.

Bapak Anies Baswedan, menginstruksikan kepada para orang tua untuk mengantar anak-anaknya di hari pertama sekolah. Tentu saja kami, dan para orang tua di seluruh tanah air menyambut instruksi ini dengan sangat gembira.

Keberadaan orang tua di hari pertama anak-anak bersekolah adalah sangat bermakna. Orang tua ketika hadir, mengantar anak-anaknya di hari pertama sekolah merupakan sebagai bukti akan keberadaan orang tua dalam hati mereka.

Anak-anak memerlukan support yang begitu besar dari orang tua. Support tersebut tidak hanya dalam bentuk pemberian uang saku, namun juga  support dalam bentuk penguatan jiwa.

Di era modernisasi saat ini, kebanyakan orang tua memahami akan kebutuhan anak secara parsial. Anak-anak yang masih polos hanya diberi asupan materi belaka, tanpa diberikan asupan jiwa. Makanya tidak heran, anak-anak kita akan nampak gagah, namun jiwanya kosong.

Era dot.com memperparah kondisi ini. Meskipun ada banyak manfaat dengan hadirnya perkembangan teknologi komunikasi, namun selalu saja menimbulkan riak-riak negatif. Dengan perkembangan teknologi komunikasi, bukan berarti para orang tua cukup mewakilkan bentuk tanggung jawabnya melalui pesan singkat cerdas atau aplikasi canggih, seperti 7pagi, GoesSmart, BulletinBoard dan lain-lain.

Para orang tua tetap harus hadir di sekolah anak-anak mereka. Tanggung jawab ini tidak bisa tergantikan dengan siapapun. Selain kehadirang mereka merupakan bagian dari tanggung jawab, kehadiran orang tua bisa menjadi penguat jiwa anak-anak.

Makna Bagi Guru.

Ada keinginan kuat dari Saya pribadi untuk bisa hadir di hari pertama Aliyah sekolah. Namun keinginan tersebut harus pupus. Sayang!. Ya, karena Saya adalah seorang Guru, maka saya harus memendam keinginan tersebut. Saya harus hadir untuk menyambut baik para murid di hari pertama sekolah.

Memang ada instruksi dari Pak Anies, bahwa para instansi harus memberikan dispensasi bagi para pekerjanya untuk datang terlambat dikarenakan mengantar anak-anak mereka di hari pertama sekolah, namun kecuali instansi pendidikan (baca:sekolah) dan profesi guru.

Anies Baswedan menyebutkan bahwa, kehadiran guru dalam momentum hari pertama sekolah merupakan wakil dari negara untuk menyambut para siswa. Pekerjaan tersebut, menurut mantan rektor Universitas Paramadina tersebut merupakan sebuah pekerjaan mulia.

Meskipun instruksi di atas menjadi perdebatan sendiri bagi guru. Sebagaian guru menganggap mentri Anies tidak konsisten. Namun apa yang disampaikan oleh beliau sudah dibangun dengan kerangka yang benar, “Negara harus hadir di hari pertama sekolah melalui tangan-tangan para guru.”. Kehadiran negara merupakan bagian dari bentuk tanggung jawab negara di hari pertama sekolah.

Bagi guru, di hari pertama sekolah bisa dimaknai menjadi dua, pertama guru menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari negara. Ini merupakan sebuah pekerjaan tidak hanya mulia, namun juga pekerjaan besar. Tidak semua orang bisa mendapatkan amanah besar tersebut.

Kedua, momentum di hari pertama sekolah bisa dijadikan sebuah momentum untuk menjalin kolaborasi dengan wali murid. Anak-anak hebat tidak bisa lahir hanya dari tangan-tangan para guru, namun juga tangan-tangan dari orang tua. Kolaborasi tersebut hanya bisa terjalin dengan kehadiran mereka di sekolah.

Ada Kebahagiaan Ketika Melihat Wajah Marsel.

Terus terang, meski gembira ketika bisa memegang amanah dari negara, namun tetap saja saya merasa sedih ketika saya tidak bisa hadir di hari pertama Aliyah sekolah. Rasa sedih tetap menyelimuti hati saya. Rasa sedih itu terobati akhirnya.

Saya dan para guru-guru lain menyambut para siswa kami yang kesemuanya merupakan siswa berkebutuhan khusus. Di hari pertama sekolah, para orang tua, murid, dan para guru hadir semuanya di lapangan olahraga.

Masih momentum lebaran, kami merayakan dengan saling memaafkan tidak terkecuali dengan para orang tua dan murid. Marsel salah satu murid berkebutuhan khusus yang selalu memancarkan aura kebahagiaan.

Di hari pertama sekolah, wajah Marsel nampak sumringah. Seolah-olah ia tidak memiliki beban hidup. Marsel merupakan siswa Tunadaksa yang semenjak kecil ia ditakdirkan mengalami kelumpuhan hampir di seluruh anggota gerak badanya sehingga membuatnya harus duduk di kursi roda.

Meski fisiknya nampak rapuh, namun jiwanya sangat besar. Selalu bersemangat dalam setiap kondisi apapun. Saya menatap erat wajahnya sambil mengulurkan tangan. Melihat wajah Marsel, saya teringat putri kami, Aliyah Nadhira yang pada hari ini sama, menginjakkan kakinya di sekolah.

Ah, betapa gembiranya saya hari ini. Kesedihat saya akhirnya terobati. Ada wajah Aliyah di wajah Marsel. Tahu kenapa jiwa anak itu (Marsel) nampak kuat? Salah satu faktornya adalah akan kehadiran orang-orang yang ia cintai di sekolah.  

Penulis adalah Blogger dan Guru Anak-Anak Berkebutuhan Khusus.

Tulisan ini disertakan pada [Blog Competition] Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun