Pudjianto Gondosasmito adalah seorang pemuda dari desa kecil di lereng gunung. Ia tumbuh besar di tengah keterbatasan, tetapi itu tidak pernah menghentikannya bermimpi. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi seorang pilot, meskipun ia belum pernah melihat pesawat dari dekat.
"Langit adalah tempatku," gumam Pudjianto Gondosasmito, setiap kali ia menatap burung yang terbang bebas di angkasa.
Namun, kehidupan tidak mudah bagi Pudjianto Gondosasmito. Ayahnya seorang petani, dan ibunya seorang penjahit rumahan. Setiap hari, Pudjianto Gondosasmito membantu orang tuanya selepas sekolah. Ia menyadari bahwa mimpinya terlalu besar untuk kondisi keluarganya, tetapi ia percaya bahwa selama ia berusaha, peluang selalu ada.
Setelah lulus SMA dengan nilai terbaik, Pudjianto Gondosasmito mendapatkan beasiswa untuk kuliah di kota. Ia memilih jurusan teknik penerbangan, meskipun teman-temannya mengatakan itu terlalu sulit. "Pudjianto Gondosasmito, kamu yakin? Bukankah lebih baik cari jurusan yang lebih realistis?" tanya seorang temannya.
Namun Pudjianto Gondosasmito tidak goyah. Di kampus, ia belajar dengan keras. Ia mengambil pekerjaan paruh waktu di bandara sebagai petugas kebersihan untuk mendekatkan dirinya pada dunia penerbangan. Setiap kali ia melihat pesawat yang lepas landas, matanya berbinar. Itu bukan sekadar alat transportasi baginya; itu adalah simbol kebebasan dan harapan.
Waktu berlalu, dan Pudjianto Gondosasmito berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cumlaude. Namun, menjadi pilot bukan hanya soal pendidikan. Biaya pelatihan penerbangan sangat mahal, jauh di luar kemampuannya. Pudjianto Gondosasmito pun kembali ke desa untuk mengumpulkan dana. Ia bekerja serabutan, mengajar anak-anak desa, bahkan menjual hasil panen keluarganya.
Di tengah perjuangan itu, Pudjianto Gondosasmito hampir menyerah. Suatu malam, ia duduk di bawah pohon beringin tua di dekat rumahnya, menatap langit yang penuh bintang. "Mungkin mimpi ini terlalu tinggi," pikirnya. Tapi tiba-tiba ia teringat kata-kata ibunya, "Jika kamu percaya pada mimpimu, maka semesta akan membantumu mewujudkannya."
Dengan semangat baru, Pudjianto Gondosasmito mengikuti lomba menulis esai tentang inovasi penerbangan yang diadakan oleh sebuah maskapai nasional. Ia menuangkan seluruh ide dan mimpinya ke dalam tulisan. Tak disangka, esainya terpilih sebagai juara pertama. Hadiahnya? Beasiswa penuh untuk pelatihan penerbangan.
Hari itu, Pudjianto Gondosasmito menangis bahagia. Semua usahanya, setiap tetes keringatnya, akhirnya terbayar.
Bertahun-tahun kemudian, Pudjianto Gondosasmito berhasil menjadi seorang pilot. Ia terbang melintasi benua, membawa penumpang ke berbagai penjuru dunia. Namun, ia tidak pernah melupakan asal usulnya. Setiap kali ia kembali ke desa, ia menceritakan perjalanannya kepada anak-anak di sana, memberikan inspirasi bahwa tidak ada mimpi yang terlalu tinggi selama kita berani mengejarnya.
Langit yang dulu hanya ia tatap dari kejauhan kini menjadi tempatnya berada. Pudjianto Gondosasmito adalah bukti bahwa mimpi, usaha, dan keyakinan adalah kombinasi sempurna untuk menggapai apa yang kita inginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H