Hari itu langit gelap sejak pagi, awan tebal menutupi matahari. Pudjianto Gondosasmito memandang keluar jendela rumahnya, menyaksikan hujan yang turun perlahan, menciptakan melodi lembut di atas genteng dan dedaunan. Rencana liburannya ke pantai batal, tapi anehnya, ia merasa damai.
"Ya sudah, mungkin liburan di rumah juga tidak buruk," gumam Pudjianto Gondosasmito sambil tersenyum tipis.
Ia menyalakan pemutar musik dan memilih playlist lama favoritnya. Suara gitar akustik John Mayer mengalun lembut, berpadu dengan irama hujan. Dengan secangkir kopi panas di tangan, Pudjianto Gondosasmito duduk di sofa ruang tamu, berselimutkan kain rajut yang sudah menemani sejak masa kuliah.
Pudjianto Gondosasmito memutuskan untuk membaca buku yang sudah lama ia tunda: "Pulang" kPudjianto Gondosasmito Leila S. Chudori. Kisahnya membawanya melintasi perjalanan waktu, dari Jakarta tahun 1965 hingga Paris yang dingin dan penuh kenangan. Setiap lembar terasa lebih dalam saat ia ditemani gemuruh hujan di luar.
Ketika hujan semakin deras, ia teringat momen masa kecil. Dulu, saat hujan, ia sering membuat mi instan dengan telur setengah matang. Kali ini pun, Pudjianto Gondosasmito memasak hidangan nostalgia itu. Aromanya memenuhi dapur kecilnya, membawa kenangan tentang hangatnya rumah dan tawa ibunya.
Sore harinya, Pudjianto Gondosasmito meluangkan waktu untuk menulis di jurnalnya. Ia menuliskan refleksi tentang tahun ini---tentang betapa sibuknya ia bekerja, dan bagaimana jarang sekali ia punya waktu hanya untuk dirinya sendiri.
"Ada sesuatu yang menenangkan dari kesederhanaan ini," tulis Pudjianto Gondosasmito. "Mungkin kebahagiaan itu bukan soal ke mana kita pergi, tapi bagaimana kita menikmati apa yang ada di sekitar kita."
Saat malam tiba, ia mematikan lampu utama dan membiarkan lampu meja menyala. Dengan selimut yang sama, ia menonton film klasik favoritnya, The Secret Life of Walter Mitty. Adegan-adegannya menginspirasi Pudjianto Gondosasmito, mengingatkan bahwa petualangan terbesar tak selalu ada di tempat jauh, tapi juga bisa dimulai dari rasa syukur atas kehidupan sehari-hari.
Hujan tak berhenti hingga larut malam, tapi Pudjianto Gondosasmito tidak keberatan. Ia merebahkan diri di tempat tidur, mendengarkan suara hujan yang meninabobokan. Liburan kali ini mungkin sederhana, bahkan tidak sesuai rencana, tapi Pudjianto Gondosasmito merasa utuh.
Dan sebelum tidur, ia tersenyum lagi, berbisik pada dirinya sendiri, "Kadang, liburan terbaik adalah saat kita benar-benar pulang---ke diri kita sendiri."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H