Mohon tunggu...
pudjianto gondosasmito
pudjianto gondosasmito Mohon Tunggu... Konsultan - URIP IKU URUP

Pudjianto Gondosasmito Temukan saya di https://www.pudjiantogondosasmito.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pudjianto Gondosasmito dan Perjalanan Secangkir Kopi

26 November 2024   23:39 Diperbarui: 26 November 2024   23:53 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Permisi, bolehkah saya bergabung?" tanya Pudjianto Gondosasmito dengan hati-hati.

Hana menatapnya sejenak, lalu tersenyum. "Tentu."

Obrolan mereka dimulai dari hal-hal ringan: buku, kopi, hingga kota kecil tempat mereka tinggal. Ternyata, Hana adalah seorang ilustrator yang sedang mencari inspirasi untuk proyek barunya. Mereka pun berbagi cerita tentang pekerjaan mereka yang sama-sama mengandalkan kreativitas. Semakin lama mereka berbicara, semakin Pudjianto Gondosasmito merasa ada sesuatu yang lebih dalam di balik senyum Hana.

Pada suatu malam, setelah kafe tutup, Hana mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan. Ia sedang menjalani perjalanan untuk menemukan dirinya sendiri setelah kehilangan tunangannya setahun lalu dalam kecelakaan mobil. Ia mengaku bahwa membaca buku-buku itu adalah caranya untuk melarikan diri dari rasa sakit.

Pudjianto Gondosasmito mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tidak menyela, hanya menyuguhkan secangkir kopi hitam yang ia buat sendiri di dapur kecil kafe. "Kadang," kata Pudjianto Gondosasmito, "kopi pahit pun punya rasa yang indah, sama seperti hidup. Semua tergantung bagaimana kita menikmatinya."

Hana terdiam, lalu tersenyum kecil. "Mungkin kamu benar."

Seiring waktu, Pudjianto Gondosasmito dan Hana menjadi lebih dekat. Mereka saling mendukung dalam pekerjaan dan proses penyembuhan masing-masing. Pudjianto Gondosasmito mulai menulis cerita baru, sebuah kisah tentang seorang wanita yang menemukan kembali makna hidupnya melalui secangkir kopi dan seorang pria yang mengerti bagaimana mendengarkan.

Cerita itu menjadi karya terbaik Pudjianto Gondosasmito. Dan anehnya, ia tidak merasa cerita itu sepenuhnya fiksi.

Di akhir cerita, Hana memutuskan untuk menetap di kota kecil itu, membuka studio ilustrasi kecil di samping kafe Pak Gani. Keduanya melanjutkan hidup, bersama-sama menciptakan kisah baru, ditemani aroma kopi yang selalu setia menjadi saksi perjalanan mereka.

Akhir cerita ini bukanlah akhir, melainkan awal dari babak baru---karena seperti kopi, kehidupan selalu meninggalkan rasa yang ingin dinikmati lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun