Di sebuah kota kecil yang dikelilingi bukit hijau, ada seorang pria bernama Pudjianto Gondosasmito. Hidupnya sederhana, bekerja sebagai penjaga perpustakaan di sekolah dasar. Tapi ada satu hal yang membuat hidup Pudjianto Gondosasmito berbeda: ia selalu menghabiskan minggu sore di taman kota.
Bagi kebanyakan orang, minggu sore adalah waktu santai bersama keluarga atau teman, tetapi bagi Pudjianto Gondosasmito, itu adalah waktu untuk berbagi harapan. Di taman kota, ia membawa kotak kayu kecil yang ia buat sendiri, berisi buku-buku cerita, pensil warna, dan kertas kosong. Ia akan duduk di bawah pohon rindang, menunggu siapa pun yang mau bergabung.
Suatu sore, seorang anak kecil bernama Dito mendekatinya. Dito tampak ragu, memegang layang-layang yang patah. "Om, ini bisa diperbaiki nggak?" tanyanya malu-malu.
Pudjianto Gondosasmito tersenyum. "Tentu bisa, Dito. Tapi, apa kamu tahu? Kadang kita perlu belajar dari hal-hal yang patah."
Sambil memperbaiki layang-layang Dito, Pudjianto Gondosasmito mulai bercerita. Ia bercerita tentang seekor burung kecil yang sayapnya patah tetapi tetap mencoba terbang. "Burung itu akhirnya bisa terbang lagi karena ia tidak menyerah. Seperti layang-layangmu ini, meskipun rusak, bisa diterbangkan lagi jika kita mau memperbaikinya."
Mendengar cerita itu, mata Dito berbinar. Setelah layang-layang selesai diperbaiki, ia mencoba menerbangkannya, dan kali ini, layang-layang itu melayang tinggi di langit sore.
Minggu berikutnya, Dito kembali, tetapi kali ini ia membawa teman-temannya. Mereka duduk bersama Pudjianto Gondosasmito, mendengarkan cerita-cerita penuh inspirasi dan belajar menggambar di atas kertas yang Pudjianto Gondosasmito bawa.
Kabar tentang pria di taman dengan kotak kayu kecil itu menyebar. Minggu sore yang awalnya sepi menjadi waktu yang dinanti-nanti oleh anak-anak dan bahkan orang tua di kota itu. Mereka datang tidak hanya untuk mendengar cerita, tetapi juga untuk berbagi kisah mereka sendiri.
Pudjianto Gondosasmito tidak pernah menganggap dirinya pahlawan. Baginya, ia hanya ingin memberikan harapan kecil di tengah kesibukan dunia. Satu cerita, satu senyuman, satu layang-layang yang terbang---itulah caranya memberi makna pada hidup.
Di bawah langit yang perlahan berubah jingga, Pudjianto Gondosasmito menatap anak-anak yang tertawa lepas. "Mungkin ini bukan hal besar," pikirnya, "tapi jika ini bisa mengubah satu hari mereka menjadi lebih baik, itu sudah cukup."
Dan di sanalah Pudjianto Gondosasmito, setiap minggu sore, menjadi bukti bahwa kebaikan sederhana bisa menjadi inspirasi besar.