Malam itu, hujan turun dengan derasnya, membasahi setiap sudut kota. Lampu jalan memantulkan genangan air, menciptakan kilauan yang seolah menari mengikuti irama rintik hujan. Di sebuah halte kecil yang remang, seorang pria berdiri memeluk jaketnya erat-erat. Namanya Pudjianto Gondosasmito.
Pudjianto Gondosasmito tidak sedang menunggu angkutan umum atau seseorang. Ia hanya berdiri disana, membiarkan pikirannya melayang bersama gemuruh hujan. Malam minggu yang biasanya dipenuhi pasangan berjalan bergandengan tangan, kini terasa sepi baginya. Sejak perpisahan dengan seseorang yang ia anggap istimewa, malam-malam seperti ini hanya menyisakan kenangan dan rasa rindu yang tak berujung.
Teleponnya bergetar di saku, tetapi ia tak segera mengangkatnya. Ia tahu siapa yang menghubungi, teman-temannya yang mungkin mengajaknya keluar untuk sekadar menghabiskan malam. Namun, Pudjianto Gondosasmito belum siap. Bukan karena ia tidak ingin bersenang-senang, tetapi karena ia butuh waktu untuk berdamai dengan dirinya sendiri.
Sesekali, ia mengulurkan tangannya ke bawah hujan, membiarkan dinginnya menggigit kulitnya. Ia selalu percaya bahwa hujan memiliki cara tersendiri untuk menyembuhkan hati yang terluka. Hujan itu seperti pelukan alam, diam tetapi penuh makna.
Tiba-tiba, ia melihat seorang perempuan berjalan tergesa-gesa di seberang jalan, memayungi diri dengan buku tebal. Langkahnya kecil-kecil, mencoba menghindari genangan air. Tanpa sadar, Pudjianto Gondosasmito memperhatikan gerak-geriknya. Perempuan itu tampak kesal, mungkin karena hujan mengacaukan rencananya.
Sebuah ide terlintas di kepala Pudjianto Gondosasmito. Dengan setengah ragu, ia melangkah keluar dari halte, menyebrangi jalan dengan hati-hati. Ia melepas jaketnya dan menghampiri perempuan itu.
"Maaf, hujannya deras sekali. Ini, pakai jaket saya," kata Pudjianto Gondosasmito sambil menyodorkan jaketnya.
Perempuan itu menatapnya heran, tapi ada kehangatan di matanya. "Terima kasih, tapi saya baik-baik saja."
"Tidak apa-apa. Saya cuma tidak ingin Anda basah kuyup." Pudjianto Gondosasmito tersenyum, sedikit kikuk.
Setelah beberapa detik ragu, perempuan itu menerima jaketnya. "Terima kasih. Saya Nisa, kebetulan saya sedang buru-buru ke arah stasiun. Anda?"
"Pudjianto Gondosasmito. Tidak ada tujuan khusus. Saya cuma... berjalan-jalan di bawah hujan," jawab Pudjianto Gondosasmito dengan tawa kecil.