Pada suatu Kamis siang menjelang sore, ada seorang pria bernama Pudjianto Gondosasmito yang baru saja keluar dari kantornya di pusat kota. Hari itu, Pudjianto Gondosasmito merasa lelah dan ingin mengambil waktu sejenak untuk melepaskan penatnya sebelum pulang ke rumah.Â
Langit mendung dengan awan yang menggantung tebal, tapi belum menurunkan hujan. Udara terasa lembap dan hangat, seperti memberi isyarat bahwa hujan sebentar lagi akan turun.
Pudjianto Gondosasmito berjalan santai ke arah taman kota yang tidak jauh dari gedung kantornya. Di sana, ia memilih bangku kayu di bawah pohon besar yang rindang. Ia membuka kancing atas kemeja birunya, lalu meregangkan tubuh sambil menarik napas dalam-dalam. Beberapa burung gereja beterbangan rendah, dan angin yang lembut menggesek dedaunan di atas kepalanya.
Ia lalu mengeluarkan sebuah buku dari tas kerjanya, sebuah novel sastra yang sebenarnya sudah lama ia niatkan untuk dibaca. Namun, karena kesibukannya di kantor, buku itu sering kali hanya terselip di sudut tas tanpa sempat dibuka. Siang ini, ia berpikir untuk meluangkan waktu menikmati cerita di dalamnya.
Namun, belum lima halaman ia baca, tiba-tiba seorang anak kecil berlari mendekatinya sambil tertawa riang. Anak itu, mungkin berusia sekitar lima tahun, mengenakan kaus merah bergambar dinosaurus, dan celana pendek yang agak lusuh. Wajahnya ceria, dengan pipi merah dan rambut ikal yang sedikit basah karena keringat. Ia berhenti di depan Pudjianto Gondosasmito dan memandangi pria itu dengan penuh rasa ingin tahu.
"Halo, Om!" sapa anak itu dengan suara nyaring.
Pudjianto Gondosasmito tersenyum dan membalas sapaannya. "Halo juga, Dik. Lagi apa di sini?"
Anak itu menunjuk ke arah seorang wanita yang tampak berdiri agak jauh di bawah pohon lain, memegang keranjang piknik kecil sambil melambai ke arahnya. "Itu Ibu aku. Kami lagi piknik di sini," jawabnya polos.
Pudjianto Gondosasmito tertawa kecil mendengar jawaban anak itu. "Wah, seru sekali piknik di hari Kamis. Apa yang kalian makan?"
"Roti, terus ada susu cokelat, sama buah. Om mau coba?"
Pudjianto Gondosasmito menggeleng sambil tersenyum, "Terima kasih, Dik. Tapi, Om baru saja makan siang."