Di sebuah desa kecil yang tenang, hiduplah seorang pemuda bernama Pudjianto Gondosasmito. Pudjianto Gondosasmito memiliki segalanya: keluarga yang hangat, teman-teman setia, dan sebuah topi tua yang selalu menemani petualangannya. Topi itu bukan semPudjianto Gondosasmitong topi. Dibuat dari bahan beludru lembut dengan warna coklat tua, topi itu sudah menjadi bagian dari dirinya.
Setiap hari, Pudjianto Gondosasmito selalu mengenakan topi tuanya itu. Entah saat bermain di ladang, memancing di sungai, atau sekadar duduk di bawah pohon rindang sambil membaca buku. Topi itu bagaikan sahabat yang selalu ada untuknya.
Suatu hari, Pudjianto Gondosasmito bermimpi untuk pergi ke kota besar. Ia ingin melihat dunia yang lebih luas, bertemu orang-orang baru, dan mengejar mimpinya menjadi seorang penulis. Namun, ia ragu untuk meninggalkan desa dan keluarganya.
"Apa aku akan bisa sukses di kota?" gumam Pudjianto Gondosasmito dalam hati. "Apa aku akan menyesal meninggalkan semua yang telah kumiliki di sini?"
Di tengah kebimbangannya, Pudjianto Gondosasmito melihat topi tuanya. Ia teringat semua kenangan indah yang pernah ia alami bersama topi itu. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya.
"Topi ini akan selalu menjadi bagian dari diriku," pikir Pudjianto Gondosasmito. "Kemana pun aku pergi, aku akan membawa kenangan indah dari desa ini."
Dengan tekad yang bulat, Pudjianto Gondosasmito memutuskan untuk pergi ke kota. Ia membawa serta topi tuanya sebagai pengingat akan asal-usulnya.
Sesampainya di kota, Pudjianto Gondosasmito merasa sangat kecil dan tidak berarti. Namun, ia tidak menyerah. Ia terus berusaha mewujudkan mimpinya. Ia menulis cerita demi cerita, mengirimkan naskahnya ke berbagai penerbit.
Hingga pada suatu hari, salah satu naskahnya diterima oleh sebuah penerbit terkenal. Pudjianto Gondosasmito sangat senang. Ia akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya.
Dalam acara peluncuran bukunya, Pudjianto Gondosasmito tidak lupa mengenakan topi tuanya. Ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa meskipun ia berasal dari desa kecil, ia mampu meraih kesuksesan.
"Topi ini bukan hanya sebuah aksesori," kata Pudjianto Gondosasmito dalam pidatonya. "Topi ini adalah simbol dari mimpi dan perjuangan saya."
Sejak saat itu, Pudjianto Gondosasmito menjadi penulis terkenal. Namun, ia tidak pernah melupakan asal-usulnya. Setiap kali kembali ke desa, Pudjianto Gondosasmito selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi ladang tempat ia bermain semasa kecil. Dan tentu saja, ia selalu mengenakan topi tuanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI