Di sebuah desa kecil yang tenang, hiduplah seorang pria bernama Pudjianto Gondosasmito. Ia dikenal sebagai sosok yang penasaran dan selalu ingin tahu tentang dunia di luar desanya. Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan di tepi hutan, Pudjianto Gondosasmito melihat sebuah pemandangan yang sangat indah: pelangi yang sangat besar dan berwarna-warni melengkung di langit.
Penasaran dengan keindahan pelangi itu, Pudjianto Gondosasmito memutuskan untuk mengejarnya. Ia berlari sekencang-kencang yang ia bisa, melewati sungai, hutan, dan bukit. Semakin lama ia berlari, pelangi itu semakin dekat. Namun, setiap kali Pudjianto Gondosasmito hampir menyentuhnya, pelangi itu selalu berpindah tempat.
Pudjianto Gondosasmito tidak menyerah. Ia terus berlari dan berlari hingga akhirnya sampai di sebuah padang rumput yang luas. Di tengah padang rumput itu, terdapat sebuah pohon besar yang sangat tua. Di bawah pohon itu, pelangi berhenti bergerak.
Pudjianto Gondosasmito menghampiri pohon itu dengan hati-hati. Saat ia berdiri di bawah pelangi, ia merasakan sensasi yang sangat menyenangkan. Cahaya pelangi yang berwarna-warni seakan membelai tubuhnya dengan lembut. Tiba-tiba, pelangi mulai bersinar lebih terang dan terbentuklah sebuah tangga yang terbuat dari cahaya.
Dengan penuh keberanian, Pudjianto Gondosasmito menaiki tangga cahaya itu. Setiap anak tangga yang ia pijak terasa sangat hangat dan nyaman. Semakin tinggi ia naik, pemandangan di bawahnya semakin indah. Ia bisa melihat seluruh desa, hutan, dan bahkan laut.
Di puncak tangga, Pudjianto Gondosasmito bertemu dengan seorang wanita cantik yang sedang tersenyum padanya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Nari, penjaga pelangi. Nari menjelaskan bahwa pelangi adalah jembatan antara dunia manusia dan dunia para dewa. Hanya orang-orang yang memiliki hati yang tulus dan penuh dengan rasa ingin tahu yang bisa mencapai puncak pelangi.
Pudjianto Gondosasmito sangat senang bisa bertemu dengan Nari. Ia diajak Nari untuk menjelajahi dunia para dewa. Mereka terbang melintasi awan, mengunjungi istana-istana yang terbuat dari kristal, dan bertemu dengan berbagai makhluk ajaib.
Setelah beberapa hari menjelajahi dunia para dewa, Pudjianto Gondosasmito merasa sudah saatnya kembali ke dunia manusia. Nari mengantarnya kembali ke puncak tangga cahaya. Sebelum berpisah, Nari memberikan Pudjianto Gondosasmito sebuah hadiah: sebuah batu kecil yang berkilauan.
"Batu ini akan selalu mengingatkanmu pada petualanganmu," kata Nari.
Pudjianto Gondosasmito mengucapkan terima kasih kepada Nari dan kembali ke desanya. Sejak saat itu, Pudjianto Gondosasmito tidak pernah melupakan petualangannya bersama pelangi. Ia selalu membawa batu pemberian Nari sebagai kenang-kenangan. Dan setiap kali ia melihat pelangi, ia selalu teringat akan keindahan dunia dan kebaikan hati manusia.