Oleh : Pudji Widodo
Januari 2022 telah terjalani 14 hari, saat saya menghitung telah ditempa Kompasiana (K) selama 3 tahun 5 bulan lebih 26 hari. Sudah cukup lama, itu pun termasuk jeda 5 bulan istirahat tidak menulis. Untung di "Akademi" Kompasiana tidak ada aturan bahwa bila sampai batas waktu tertentu tidak memberi kontribusi tulisan, maka dinyatakan DO dan akun dihapus.
Tulisan saya pertama di K berjudul "Memori di Kota Dili, Menyembuhkan Luka dan Merajut Damai," tayang pada 17 Juli 2018. Admin K berbaik hati menempatkan tulisan tersebut sebagai Artikel Utama (AU) dan dengan keterbacaan mencapai 2.813. Awal yang baik untuk saya yang baru mulai menulis di K sebagai rumah bersama.
Rumah bersama K menyatukan blogger untuk bersinergi, dengan berbagai latar belakang pendidikan, profesi, domisili di dalam atau di luar negeri, usia, dan minat yang beragam. Sejak itu saya tergerak untuk terus menulis di K sesuai kemampuan. Dengan berbagai keterbatasan sebagai praktisi kesehatan militer, saya berusaha menikmati berbagai jenis tulisan sesuai rubrik yang telah ditetapkan admin K.
Kini rumah K dihuni total 2.469.865, termasuk 1.661.689 penghuni baru. Untuk membangun keterikatan batin di rumah K saya menjadi pengikut 125 penulis. Banyak di antara mereka sudah tidak aktif lagi. Meskipun demikian bukan berarti saya tidak membaca karya penulis lainnya. Banyak penulis yang karyanya dengan setia selalu saya baca dan saya beri tanggapan tanpa saya mem"follow" mereka.
Kapan saya membaca dan dan memberi respon terhadap karya para kompasianer ? Pertama, tengah malam sambil mengisi tandon air, lumayan bisa membaca 4 - 5 artikel. Kedua, saat perjalanan menuju tempat kerja, bisa membaca 3 - 4 artikel. Ketiga, perjalanan menuju lokasi instansi mitra, bisa membaca 1-2 tulisan.
Di kantor tentu fokus bekerja, namun pada kesempatan rehat kopi dan istirahat siang, kadang saya membuka K. Dan, terakhir saat perjalanan pulang ke rumah, saya dapat membaca 2 - 3 tulisan.Â
Demikian saya lakukan setiap hari, saya hanya berselancar di K, karena saya tidak mempunyai media yang lain baik Facebook, Instagram maupun Twitter. Saya tidak takut mengalami FOMO akibat tidak mempunyai akun di tiga media tersebut.
Di tengah keterbatasan waktu, saya perlu cepat berselancar di K. Saya membuka halaman satu tetapi tidak membaca, namun langsung membuka halaman 2. Setelah muncul petunjuk  "lihat semua," saya membuka semua halaman dan baru membaca lengkap artikel yang saya pilih.
Ketika bertugas di Jakarta, saya tinggal di mess rumah sakit TNI AL. Yang berubah adalah tidak lagi mengisi tandon air dan perjalanan ke kantor. Setelah sarapan, saya bisa tetap membaca di mess dan baru berhenti saat panggilan peluit apel pagi.