Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Rumah Sakit Lapangan TNI Paruga Nae dan Renungan Awal Tahun

1 Januari 2021   06:20 Diperbarui: 2 Januari 2021   03:56 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yonzipur 10 Kostrad PRC-PB TNI dengan alat berat diberangkatkan dari dermaga Koarmatim menuju Bima, menyusul Satgaskes TNI, tniad.mil.id, 4/1/2017

Tulisan sebelumnya: "Surat Telegram Menjelang Natal"

Oleh: Pudji Widodo

Topografi kota Bima

Debarkasi personel dan material Satgaskes TNI PRC PB relatif cepat karena laut dalam pasang tertinggi, sehingga KRI Bintuni 592 bisa pada posisi yang aman bagi kendaraan operasional satgaskes TNI yang akan keluar dari perut kapal. 

Selama perjalanan dari dermaga menuju bakal lokasi Posko Satgaskes, tampak pemandangan Kota Bima yang berantakan. Banjir sudah surut, yang tertinggal hanya garis di dinding bangunan yang menandakan batas ketinggian air tampak jelas 1,5 - 3 m, lumpur serta material yang hanyut terbawa banjir bandang masih memenuhi pinggiran jalan.

Kota Bima berada di bagian timur Pulau Sumbawa Provinsi NTB dengan posisi geografis terletak antara 118"41' - 118"48' Bujur Timur dan 8"30' -  8"20' Lintang Selatan dengan luas 222,25 km.  Secara administratif kota Bima terdiri dari Kecamatan Rasanae Barat, Rasanae Timur, Mpunda, Raba dan Asakota, dengan jumlah penduduk 156.400 jiwa dan tercatat sampai dengan tahun 2015 terdapat 39.842 rumah tangga. 

Sebagai kota otonom sejak 12 April 2002, wilayah Bima dikelilingi batas administrasi yang merupakan bagian dari kabupaten Bima, yaitu kecamatan Ambalawi di sebelah utara, kecamatan Palibelo di sebelah selatan dan Kecamatan Wawo di timur serta di sebelah barat merupakan batas alam yaitu Teluk Bima.  <1>.

Karakteristik kota Bima termasuk  ke dalam kawasan dengan topografi rendah yang dikelilingi kawasan bertopografi tinggi. Kota yang berada di ketingian 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl), di sebelah timur berbatasan langsung dengan kecamatan Wawo yang berada pada ketinggian 1.500 - 2.000 meter dpl. Sepanjang tahun curah hujan hanya berkisar 0 - 150 mm. 

Puncak curah hujan terjadi pada akhir bulan Desember hingga akhir Januari. Kondisi curah hujan ekstrim secara spasial saat dan sebelum terjadinya banjir bandang ditunjukkan melalui data curah hujan satelit, yaitu data GSMaP.

Dua tahun setelah musibah banjir Bima, Nurlatifah dan Purwaningsih mengkaji bahwa bahwa curah hujan pada tanggal 20 Desember 2016 berada pada kisaran 10 - 20 mm/hari, sedang pada tanggal 21 Desember 2016 curah hujan mencapai lebih dari 80 mm/hari yang secara signifikan dapat menyebabkan terjadinya banjir. 

Hujan dengan intensitas tinggi di seluruh kota menyebabkan banjir kembali dengan skala yang lebih besar pada tanggal 23 Desember 2016 pada pukul 14.30 WITA di lima wilayah kecamatan (Nurlatifah, 2018  : 8 - 9)  <2>. Tingginya curah hujan yang ekstrim di beberapa wilayah NTB, diantaranya Bima dan Sumbawa dipicu oleh siklon tropis Yvette di Samudera Hindia, selatan Bali sekitar 620 km  sebelah selatan Denpasar dengan arah pergerakan ke utara timur laut.

Topografi kota Bima yang berbentuk cekungan inilah yang membuat 33 kelurahan di 5 kecamatan Kota Bima terendam air bah, luapan dari Sungai Paruga dan sungai Padolo akibat tingginya curah hujan melebihi normal. Bantaran sungai yang melintas kota itu dimanfaatkan sebagai pemukiman, pertokoan dan perkantoran. Hal ini mengurangi wilayah tangkapan air, menyebabkan Kota Bima rawan banjir. 

Nurlatifah dalam kajiannya menyatakan bahwa banjir besar yang terjadi di kota Bima, bukan hanya disebabkan tingginya curah hujan. Curah hujan juga dari kiriman kawasan lain yang topografinya lebih tinggi dari kota Bima, salah satunya dari kecamatan Wawo. Di kecamatan Wawo terdapat penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukan dan kurang memperhatikan konservasi tanah.

Deskripsi tugas Satgaskes TNI

Tidak sampai setengah jam, kami telah tiba di Paruga Nae, suatu kawasan  yang berfungsi sebagai ruang pertemuan dan taman kota yang terletak di Jl. Soekarno Hatta. Dari bekas dekorasi interior dalam Convention Hall yang masih tersisa, rupanya sebelum banjir Paruga Nae baru saja digunakan  untuk kegiatan pameran. Sesuai saran Dansatgaskes, gedung dan area halaman Paruga Nae kami manfaatkan untuk menggelar Rumah Sakit lapangan (Rumkitlap) TNI. 

Dalam waktu 2 jam, seluruh unit tenda Rumkitlap TNI dari Yonkes 2 Kostrad dan Yonkes 1 Marinir sudah tergelar. Untuk tenda pendaftaran dan rawat jalan karena berada di halaman yang relatif rendah dibanding lokasi lainnya, Satgaskes mendapat dukungan pinjaman palet kayu dari Kantor Dolog Bima, yang kami manfaatkan untuk meninggikan lantai.

Sengaja kami tempatkan 2 unit tenda Yonkes 2 Kostrad di dalam gedung dengan pertimbangan memanfaatkan fasilitas pendingin ruangan untuk memberi kenyamanan pasien yang perlu rawat inap khususnya anak dan wanita. Pengalaman pada bencana gempa di Yogyakarta, Satgaskes TNI AL juga menggunakan ruang-ruang Gelanggang Olahraga Universitas Yogyakarta (UNY) sebagai Rumah Sakit Darurat berkemampuan 2 kamar operasi. 

Saat kami sedang merakit tenda perawatan di dalam gedung Paruga Nae itu, Kepala BNPB dan Forkompinda Bima tiba untuk meninjau kesiapan pelayanan Rumkitlap TNI. Menjelang waktu sholat Asyar, seluruh jenis pelayanan kesehatan yang telah siap melayani pasien.

Pasien mulai berdatangan bergelombang, Paruga Nae memang letaknya strategis di tengah kota dan mudah dijangkau warga dari berbagai penjuru kota.Bima. Kelak setelah dilakukan evaluasi, data kunjungan pasien setiap hari menunjukkan peran Rumkitlap TNI sangat berarti bagi warga Bima. Tingginya angka pengunjung Rumkitlap TNI disebabkan faktor-faktor sebagai berikut:

a) Fasilitas pelayanan kesehatan dasar di kota Bima sebagian besar lumpuh karena selain fasilitas kesehatan masih dipenuhi lumpur, material kesehatan rusak, juga karena para tenaga kesehatan masih fokus mengurus keluarga dan rumahnya yang juga menjadi korban musibah banjir

b) Adanya pelayanan poliklinik spesialis dari jam 08.00 sampai 21.00 dan c) dilengkapi pelayanan rawat inap; UGD 24 jam dan pelayanan laboratorium 24 jam, serta d) Lokasi Rumkitlap TNI relatif aman dari banjir, dan pelayanan yang cepat.

Sesuai arahan Penanggung Jawab Operasi (PJO), rumusan diskripsi tugas Satgaskes TNI pada rapat di KRI BTN 592 adalah menyelenggarakan  Bantuan Kesehatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan pelayanan rawat Jalan (Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi, Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam; Anak; Bedah; THT; Orthopaedi), UGD  dan rawat Inap.

b. Melaksanakan pelayanan evakuasi, SAR dan rujukan.

c. Kegiatan Kesehatan Preventif.

d. Secara bertahap membantu upaya pemulihan pelayanan kesehatan fasilitas kesehatan Pemda Kota Bima ( Pembersihan lumpur dan sampah di area Puskesmas, mendukung personel dan bekal kesehatan agar Puskesmas segera membuka pelayanan kesehatan dasar).

e. Kegiatan karya bakti lainnya.

Malam pertama di kota Bima diawali dengan makan malam menu khas dapur lapangan TNI yang rasanya bagi prajurit TNI hanya ada 2, yaitu enak dan enak sekali. Demikian seterusnya yang kami nikmati selama 17 hari, asupan gizi yang memadai harus kami konsumsi untuk mengimbangi tugas berat kami. 

Beruntung Laksma dr. IDG Nalendra secara pribadi mendukung melalui Pasilog Letkol Sri Harjono, Apt; tambahan beaya untuk meningkatkan mutu gizi makanan anggota Satgas. 

Selanjutnya setiap malam kami melaksanajan evaluasi kegiatan, termasuk rencana menindaklanjuti rekomendasi klaster kesehatan dalam penanggulangan bencana.

Klaster kesehatan pada bencana banjir Bima

Klaster kesehatan dibentuk sebagai respon pada fase tanggap darurat bencana dan dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat. Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, dr. Ahmad Yurianto yang sudah berada di lokasi bencana lebih awal, menginisiasi pembentukan klaster kesehatan. 

Klaster kesehatan pada fase tanggap darurat bencana  terdiri atas 6 subklaster, yaitu pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan dan penyiapan air bersih, kesehatan reproduksi,kesehatan jiwa, Disarter Victim Identification dan subklaster gizi <3>. 

Melalui klaster kesehatan dilaksanakan koordinasi, kolaborasi, integrasi dan sinergi antara pemerintah, lembaga atau korporasi dan potensi masyarakat dalam penanggulangan bencana.

Rakor klaster kesehatan penanggulangan banjir Bima di tenda Posko Satgaskes TNI, dokpri.
Rakor klaster kesehatan penanggulangan banjir Bima di tenda Posko Satgaskes TNI, dokpri.

Kehadiran sumber daya kesehatan di lokasi bencana harus dikelola agar efektif dan efisien bersinergi bahu membahu menanggulangi dampak banjir Bima. Untuk itulah Klaster Kesehatan Penanggulangan Bencana sangat penting dalam menentukan tujuan dan sasaran kegiatan penanggulangan bencana.

Dari data Dinas Kesehatan Kota Bima terdapat 62 tim relawan dengan jumlah personel 403 orang. Selain yang tersebar bertugas di berbagai pos kesehatan, 99 orang relawan membantu pelayanan di Rumkitlap Satgaskes TNI.

Relawan yang membantu pelayanan kesehatan di Rumkitlap TNI berasal beberapa perguruan Tinggi yaitu UI, UGM, UNS, UNHAS dan Unair. Mitra TNI lainnya yang bergabung melaksanakan pelayanan di Rumkitlap TNI adalah para Dokter Spesialis Anak penugasan dari organisasi profesi IDAI dan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Mataram mengirim beberapa Psikiater. Persatuan Ahli Tehnologi Laboratorium Kesehatan Indonesia (PATELKI) mendukung Rumkitlap TNI dengan membuka pelayanan  pemeriksaan laboratorium 24 jam.

Pada temu pagi klaster kesehatan hari kedua yang dipimpin Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes di tenda Kelompok Komando (Pokko) Satgaskes, Kadinkes Kota Bima menyampaikan bahwa sampai dengan tanggal 28 Desember 2016, kerugian yang diakibatkan banjir bandang di Kota Bima menyebabkan 18.294 rumah yang terendam dan rusak ringan, 742 rusak sedang, 652 rusak berat/roboh dan 203 rumah hanyut. Bencana banjir ini menyebabkan 8.491 jiwa mengungsi di 30 lokasi pengungsian dan 105.754 jiwa terdampak dari jumlah total penduduk Bima.

Adapun infrastruktur kesehatan yang terdampak banjir adalah 6 puskesmas dari total 8 Pusesmas yang tidak dapat melaksanakan pelayanan kesehatan dan 3 Rumah sakit swasta yang tidak dapat melaksanakan fungsi rujukan pasien. Sebagian kendaraan operasional ambulan tidak berfungsi karena terendam banjir. 

Data fasilitas kesehatan terdampak banjir menunjukkan bahwa total kerugian akibat rusaknya infrastruktur kesehatan mencapai Rp 66,4 M ( Sudah termasuk Kerugian RS PKU Muhammadiyah Bima Rp 4.685.631.621). Hampir semua sektor kehidupan terdampak banjir dan data sementara total kerugian serta kerusakan sebesar Rp. 984,4 Milyar. Satu minggu setelah satgaskes mengakhiri tugas, Kepala BPBD merilis informasi bahwa kerugian akibat banjir bandang Bima mencapai lebih dari 1, 87 trilyun rupiah.

Kerusakan infrastruktur akibat banjir Bima 2016, sumber: tirto.id, 23/12/2016 dari antara.foto.
Kerusakan infrastruktur akibat banjir Bima 2016, sumber: tirto.id, 23/12/2016 dari antara.foto.
Menindaklanjuti hasil temu pagi klaster kesehatan, PJO Laksma dr. Nalendra memberi arahan agar Satgaskes TNI mengoptimalkan pelayanan rumah sakit, mendukung pembersihan puskesmas terdampak banjir dan revitalisasi tugas puskesmas. 

Hasil observasi Pasipam Satgaskes Mayor Edi Susilo menunjukkan bahwa lumpur di lorong-lorong gedung sebagian sudah dibersihkan, namun di dalam ruang-ruang pelayanan lumpur sedimen banjir masih tertimbun setinggi setengah meter. 

Setelah membantu pembersihan Puskesmas, pada hari-hari selanjutnya Satgaskes TNI aktif mengirim klinik mobil ke beberapa Puskesmas sehingga pelayanan kepada pasien terdampak banjir  tidak terkonsentrasi di Paruga Nae. 

Selain berada di dalam bangunan, lumpur sedimen banjir juga memenuhi jalan utama kota dan jalan pemukiman. Lumpur harus segera dibersihkan agar tidak menjadi sumber penyakit yang pada akhirnya juga menurunkan produktivitas kerja warga kota. 

Menurut PJO diperlukan satgas Zeni TNI agar bisa segera membebaskan warga Bima dari sandera timbunan lumpur dan sampah yang memenuhi penjuru kota. Pada tanggal 1 Januari 2017 dengan menggunakan KRI Surabaya, akhirnya Mabes TNI mengirim 1 Kompi personel Yonzipur 10 Divisi 2 Kostrad lengkap dengan alat beratnya. 

Yonzipur 10 Kostrad memang khusus ditunjuk berperan sebagai PRC PB TNI, selain bertugas sebagai satuan bantuan tempur. Yonzipur 10 Kostrad tiba di Bima pada 3 Januari 2017  membawa dump truck 15 unit, Backhoe Loader 5 unit, Excavator 5 unit, Self Loader 2 unit, Resevoar osmosis 1 unit, Forklift 1 unit dan crane cargo 1 unit untuk membersihkan kota Bima dari timbunan sedimen lumpur banjir bandang. 

Yonzipur 10 Kostrad PRC-PB TNI dengan alat berat diberangkatkan dari dermaga Koarmatim menuju Bima, menyusul Satgaskes TNI, tniad.mil.id, 4/1/2017
Yonzipur 10 Kostrad PRC-PB TNI dengan alat berat diberangkatkan dari dermaga Koarmatim menuju Bima, menyusul Satgaskes TNI, tniad.mil.id, 4/1/2017

Renungan penutup

Banjir bandang Bima mengingatkan kembali kepada bencana di Wasior pada 4 Oktober 2010. TNI AL juga melaksanakan Operasi Bakti Surya Baskara khusus untuk penanggulangan bencana Wasior. Pada Juli 2020 Kabupaten Konawe Sultra juga dilanda banjir, sedang banjir di kota Medan dan Deli Serdang pada awal Desember 2020 menambah daftar panjang caratan bencana hidrometerologi pada akhir tahun.

Terdapat kesamaan causa prima pada keempat bencana tersebut yang dicatat berbagai media, yaitu deforestasi, hilangnya tutupan hutan atau hutan penyanggah di hulu, serta kritisnya daerah aliran sungai (DAS) akibat perubahan peruntukan bantaran sungai. 

Semua hal tersebut akibat kesalahan manusia memperlakukan alam dan persoalan penggunaan lahan di hulu yang tidak semestinya. Dalam rentang waktu dari bencana banjir Wasior sampai banjir Deli Serdang menunjukkan bahwa selama 10  tahun, kesadaran menjaga lingkungan bukan bertambah baik, sebaliknya degradasi kualitas lingkungan makin meningkat.

PRC PB TNI termasuk medical standby force akan terus siap sedia digerakkan ke seluruh penjuru tanah air untuk menanggulangi bencana. Tentu bukan karena itu lalu sebagian masyarakat tidak peduli terhadap lingkungan atau pemangku kepentingan keliru menetapkan kebijakan dalam pengelolaan hutan dan perkebunan di hilir, sehingga meningkatkan resiko terjadinya banjir bandang yang menghancurkan apa saja yang sudah dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan. 

Tindakan pengurangan resiko bencana membuat kita bisa mengalokasikan pendapatan negara untuk membangun negeri ini sesuai tahapan pembangunan, bukan terus memperbaiki kerusakan yang terjadi berulang, kecuali faktor alam yang tidak bisa dikendalikan manusia.

Tahun sudah berganti, apakah kita akan mengalami banjir bandang di berbagai wilayah lainnya karena kesalahan yang sama? Indonesia memang plaza bencana, namun bila bisa dicegah, mengapa tidak kita lakukan.

Pudji Widodo
Sidoarjo, 01012021 (65).


(Ditulis untuk mengenang: Gempa Bumi dan Tsunami Maumere Flores 12 Desember 1992, Tsunami Aceh 26 Desember 2014, Gempa Aceh Pidie Jaya 7 Desember 2016, Banjir bandang Bima 21 -- 23 Desember 2016, Tsunami Banten dan Lampung 22 Desember 2018).


Sumber:
1. Profil Kesehatan Kota Bima Tahun 2015. Dinkes Kota Bima,  2016.
2. Nurlatifah A, Purwaningsih A. Kajian banjir bandang Bima menggunakan data GMSAP. Berita Dirgantara Vol.19 No. 1, Juni 2018, 7 -12.
3. Peraturan menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan, 18 Oktober 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun