Kabupaten Sidoarjo merupakan wilayah urban, padat penduduk dan kawasan industri. Sebagai pusat pertumbuhan, hal ini berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk sehingga meningkatkan volume timbulan sampah yang dihasilkan. Â
Pemkab Sidoarjo tentu saja tidak tinggal diam, infrastruktur pengelolaan sampah berupa Tempat penlgolahan Sampah Terpadu (TPST) pun dibangun untuk mengurangi jumlah timbulan sampah yang memenuhi TPA.Â
Sebagaimana diketahui infrastruktur dasar untuk sistem pengelolaan sampah terdiri dari beberapa fasilitas, yaitu TPS, Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip pengurangan, penggunaan kembali dan daur ulang (Reduce, Reuse dan Recycle), TPST dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Â
Melihat urutan fasilitas pengolahan sampah, jelas bahwa upaya minimisasi sampah dengan proses reduce dan reuse sudah dapat dimulai dari rumah.
Lalu berapa sebenarnya beban pengolahan sampah di Kabupaten Sidoarjo. Sampai akhir tahun 2017, dengan penduduk 2 juta orang, setiap warga Sidoarjo membuang sampah rerata 0,5 kg. Setiap hari terdapat 100 unit truk pengangkut sampah yang keluar masuk TPA membawa 350 ton sampah yang sudah diolah setiap hari.Â
Idealnya sampah yang dibuang di TPA sekitar 25% sampah yang dihasilkan masyarakat (beritajatim.com, 18/11/2017)<1>. Jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA Jabon sebagai satu-satunya TPA di Sidoarjo adalah 1206,65 m3/hari yang diolah dengan metode controlled landfill.
Sejak tahun 2008 sampai 2018 Pemkab Sidoarjo telah membangun 116 TPST di setiap desa/kelurahan. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir.Â
Di wilayah penulis tinggal di desa Barengkrajan-Krian, TPST sudah tidak berfungsi. Mungkin untuk wilayah Desa Barengkrajan  penanganan sampah langsung dibawa ke TPS di kecamatan dan ditindaklanjuti di TPST wilayah lain. Muara terakhir proses pengolahan sampah wilayah Sidoarjo adalah TPA di kecamatan Jabon.
TPA Jabon pun segera akan ditutup karena kapasitasnya tinggal 8% dan akan diubah menjadi taman.  Di dekat lokasi yang sama saat ini sudah sudah dibangun fasilitas sanitary landfill dan diharapkan akhir tahun ini sudah dioperasikan.Â
Dengan area seluas 8 hektar, fasiltas baru ini mampu melakukan proses komposting 35 ton sehari dan pengolah plastik 15 ton perhari serta pengolahan cairan lindi sampah  (regional.kompas.com, 13/11/2020). <2>.Â
Menurut penelitian Martha Lumban Gaol pada tahun 2017, fasilitas yang sudah dibangun ini adalah skenario  aspek lingkungan yang meliputi daur ulang, pengomposan dan sanitary landfill. Skenario aspek lingkungan lebih dipilih dari pada tawaran pengelolaan aspek teknis yang meliputi daur ulang, pengomposan dan insenerasi (Gaol. 2017).<3>.
Pada lokasi TPA yang lama, metoda pengolahan sampah yang dipakai adalah controlled landfill. Timbunan  sampah di TPA Jabon menghasilkan biogas yang terdiri dari gas metan (CH4) dan karbondioksida (CO2). Kedua gas tersebut merupakan emisi gas rumah kaca yang berdampak terhadap pemanasan global. Selain pemanasan global, dampak pencemaran lingkungan juga disebabkan belum adanya pengolahan limbah lindi sampah.