Korps Marinir kemudian berangsur-angsur tumbuh dan berkembang kembali. Penanganan massa demonstran menjelang reformasi membuat Korps Marinir mendapat nama di hati rakyat dan mahasiswa. People power menumbangkan orde baru, rezim yang awal kekuasaannya secara sistematis telah mengamputasi kekuatan Korps Marinir.Â
Saat ini Korps Marinir telah berkembang dan  tergelar dalam 3 Pasukan Marinir di 3 wilayah Indonesia sesuai dengan validasi organisasi TNI yang ditetapkan melalui Perpres Nomor 66 Tahun 2019. Pemerintah pun terus melengkapi alutsista untuk marinir. Bahkan Komandan Korps Marinir akan dijabat Pati Letnan Jenderal segera menjadi kenyataan.
Status Korps Marinir yang semula hanya sebagai Kotama Pembinaan bertambah peran juga menjadi Kotama Operasi. Artinya tuntutan untuk membina kekuatan agar selalu siap dioperasikan oleh Panglima TNI menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi baik untuk Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).Â
Perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dapat menimbulkan problem keamanan kawasan baik akibat kompetisi negara adidaya maupun dinamika internal kebangsaan yang mengancam integrasi bangsa. Situasi pandemi Covid-19 ibarat perang berlarut melawan penyakit yang tak kunjung selesai, hal ini memberi pelajaran  dan tantangan yang menuntut peran domestik TNI termasuk Korps Marinir bukan hanya membina kesiapsiagaan terhadap bencana alam, namun juga tanggap terhadap problem Biosecurity.
Patut dicermati oleh jajaran Kesehatan Korps Marinir dan Dinas Kesehatan TNI AL dalam mengurai problem pelik dukungan kesehatan dimana tantangan tugas bertambah, namun dihadapkan kepada keterbatasan anggaran akibat realokasi APBN untuk penanganan pandemi Covid-19. Perubahan organisasi Kormar semakin besar dan gelar kekuatan Korps Marinir yang diharapkan dapat menjangkau beberapa trouble spot  yang dapat terjadi di mana saja di tanah air. Hal ini memberi konsekwensi beban dukungan kesehatan yang harus dijawab oleh jajaran Kesehatan TNI AL.
 Optimalisasi dan interoperbillitas fasilitas kesehatan TNI yang berada pada wilayah yang sama, menurut penulis merupakan langkah yang rasional. Hal ini bisa dilakukan dengan penunjukan Rumah Sakit Integrasi, dengan  demikian tidak perlu setiap satuan pelaksana Kotama TNI, terutama yang baru berdiri menuntut adanya  pembangunan fasilitas rumah sakit baru.Â
Pelayanan kesehatan di jajaran Pasmar 3 maupun Koarmada III dapat didukung dari Rumah Sakit Lantamal yang sudah ada. Â Dengan demikian Dinas Kesehatan Korps Marinir dan Koarmada Kotama perlu bersinergi agar dapat lebih fokus menyiapkan SDM dan material kesehatan untuk kepentingan pembinaan dan dukungan kesehatan pada operasi dan latihan, sedang untuk pelayanan kesehatan dilakukan di rumah sakit integrasi.
Wasana kata
Ungkapan prajurit yang memelihara kebanggaannya terhadap Korps Marinir yang dicintainya kiranya membuka kesadaran bahwa "label Komando boleh hilang tetapi naluri prajurit Komando tidak akan pernah lenyap dari jiwa setiap anggota Korps Marinir".Â
Untuk itu diperlukan pembinaan personel agar tercapai status kesehatan fisik dan mental serta kebugaran jasmani yang prima guna memelihara kesiapan bertugas dan berlatih setiap prajurit marinir. Selanjutnya perkembangan organisasi dan kekuatan Korps Marinir membawa konsekwensi peningkatan pelayanan dan dukungan kesehatan yang pembinaan teknisnya menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan TNI AL.
Pembinaan personel melalui tradisi renang dan dayung selat madura dan selat sunda agar dilanjutkan sebagai sarana memelihara ketangguhan mental dan pesan  bahwa secara perorangan dan unit kecil prajurit marinir adalah ancaman bagi setiap lawan.Â