Dari aspek pengamanan, personel kesehatan telah dilengkapi dengan identitas khusus yang menjamin mereka berhak berada di lingkungan lokasi penyelenggaraan AG/APG. Maklum negara manapun yang ditunjuk jadi penyelenggara AG/APG tentu tidak ingin insiden teror Black September pada Olimpiade Munich 1972 terulang lagi di teritorialnya.
Bila pasien AG/APG yang dirujuk ternyata perlu rawat inap, Kemkes menjamin mereka dirawat di kelas VIP. Aspek kenyamanan dan keamanan memang menjadi prioritas. Sejak mereka diterima di IGD, pelayananan kepada mereka tidak dicampur dengan pasien reguler.Â
Patut diperhatikan bahwa pelayanan kesehatan tidak hanya ditujukan kepada mengurus pasien di bidang pengobatan /kuratif saja, Kemenkes  juga menyelenggarakan pelayanan  kesehatan preventif, diantaranya adalah survei dan pengawasan sanitasi lingkungan.
Selain aspek medis pada penyelenggaraan AG/AP, Kemenkes juga melaksanakan kegiatan food security, pemeriksaan higiene sanitasi pengolah makanan, pengendalian kualitas gizi dan distribusi makanan untuk atlet; official dan panitia. Para dokter dalam melayani atlet yang sakit dilarang memberi jenis obat yang menimbulkan efek doping. Untuk keperluan ini, Kemkes bersama Lembaga Anti Doping Indonesia bertugas melaksanakan uji tapis anti doping.Â
Guna memfasilitasi semua kepentingan tersebut, Kemkes telah mengadakan 14 jenis workshop bagi tenaga kesehatan untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan yang dipersyaratkan oleh Olympic Council of Asia (OCA).
Sukses Penyelenggaraan dan Akuntabilitas
Setiap atlet dari negara manapun, entah karena motivasi nasionalisme atau karena janji akan menerima hadiah uang tentu ingin menjadi juara. Setiap pengurus cabang olahraga juga mempunyai target berapa medali yang berpotensi bisa diperoleh. Ada negara yang mematok target juara umum, dan ada yang ingin memperbaiki peringkat menjadi 10 besar. Bila target terpenuhi atau bahkan yang didapat ternyata melebihi ekspektasi, maka hal ini disebut sebagai sukses prestasi.
Namun tidak cukup hanya itu. Sebagai tuan rumah tentu Indonesia juga tidak ingin malu karena tidak baik menjamu tamu kontingen olahraga dari mancanegara. Indonesia tidak ingin ada keluhan apapun dari tidak standarnya kondisi venue olahraga, kenyamanan akomodasi, tentang kualitas dan keamanan makanan, kurangnya tenaga volunteer, Â wartawan jangan sampai kesulitan mengirim berita ke kantornya di negara asal dan tidak baik dalam memberikan pelayanan kesehatan.Â
Pemda DKI pun bekerja keras mempercantik fasilitas publik, sampai ada sungai yang dibikin wangi. Semua upaya tersebut dilakukan agar Indonesia bukan hanya meraih sukses prestasi, tetapi juga Indonesia sukses penyelenggaraan.
Apakah hanya sukses prestasi dan sukses penyelenggaraan ? Ternyata bukan hanya itu. Kolonel Laut (K) dr. Â Wiweka, MARS juga menjelaskan bahwa INASGOC diperlakukan juga sebagai Satuan Kerja penerima anggaran dari negara. Oleh karena itu wajib mempertanggunjawabkan sesuai kaidah administrasi keuangan negara. Nah mewujudkan tertib administrasi keuangan itulah yang disebut upaya meraih sukses akuntablitas.Â
Terakhir sebelum saya menutup catatan ini, saya ingin sampaikan adanya motto OCA yaitu "No Medical No Games". Kalimat ini tentu membangkitkan tekat seluruh jajaran kesehatan baik Dinas Kesehatan Pemda dan Pusat, TNI, Polri serta swasta dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna pada perhelatan akbar AG/APG 2018. "Jangan menyelenggarakan pertandingan dan perlombaan olahraga, bila dukungan kesehatan tidak siap".Â