Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer. Pensiunan.

Ada bila berarti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penculikan Dalam Dinamika Elite Ketentaraan Ketika Ibu Pertiwi Hamil Tua

4 Oktober 2024   05:14 Diperbarui: 23 Oktober 2024   10:38 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompas.com

Di bidang kedokteran kebidanan dan kandungan dikenal istilah indikasi operasi sesar yaitu faktor kondisi janin atau kondisi ibu hamil atau gabungan keduanya yang membuat dokter memutuskan persalinan melalui cara operasi. Central Committee (CC) PKI bertindak seakan dokter spesialis kebidanan yang akan melakukan operasi terhadap ibu pertiwi yang hamil tua.

Maka rumusan tentang tindakan "operasi sesar" Gestapu 1965 adalah sebagai berikut :
a. Nama ibu hamil : Ibu Pertiwi
b. Nama tindakan operasi sesar :  Gestapu 1965
c. Indikasi operasi : isu Dewan Jenderal dan para jenderal antikomunis harus disingkirkan.
d. Lokasi Kamar Operasi : Markas Sentral Komando Gestapu 1965
e. Dokter Spesialis : Biro Khusus PKI dan perwira militer berhaluan kiri.
f. Tanggal operasi : 30 September 1965.

Seperti pemberontakan PKI 1948, Gestapu 1965 pun gagal. Soeharto dengan cepat mengkonsolidasikan militer anti komunis untuk menumpas Gestapu dan PKI. Namun seperti tindakan operasi pada umumnya terdapat potensi risiko komplikasi, demikian pula tindakan operasi oleh PKI pada ibu pertiwi yang hamil tua mengalami komplikasi akibat pembalasan dari pihak kontrarevolusi.

Partai Komunis tidak hanya berhadapan dengan militer antikomunis, tetapi juga kelompok masyarakat yang tergabung dalam kubu antikomunis. Terjadi konflik horizontal antara massa antikomunis dengan simpatisan PKI.

Selain ada penangkapan atas orang-orang PKI atau yang dianggap PKI yang tidak melalui proses pengadilan, juga terjadi pembunuhan massal terhadap orang yang diduga terlibat PKI. Terdapat catatan bahwa lebih dari 500.000 terduga simpatisan PKI di berbagai daerah yang terbunuh <4>.

Penutup

Biro khusus PKI dan unsur militer kiri sepakat memilih cara yang lazim dalam sejarah revolusi Indonesia, yaitu penculikan. Para Jenderal yang diculik akan dihadapkan kepada Bung Karno. Diharapkan dengan dipecat dan dipermalukannya mereka, ancaman kudeta tidak ada lagi dan golongan kiri mendapat kepercayaan yang lebih besar dari Presiden (Adam AW, 2015 : 81). 

Namun penculikan yang lazim terjadi pada era revolusi untuk pergantian elite ketentaraan tanpa korban, pada Gestapu 1965 ternyata berujung tragedi gugurnya para jenderal angkatan darat. Suharto, Pangkostrad yang tidak diperhitungkan dalam lingkaran kekuasaan, muncul sebagai penyelamat NKRI tidak jatuh ke dalam cengkeraman komunis dan menjadi presiden menggantikan Sukarno.

Tiga puluh tiga tahun kemudian,  terjadi gelombang reformasi yang mengakhiri pemerintahan Suharto. Penyebab transformasi kekuasaan 1965 berbeda dengan reformasi 1998.  Lalu apa yang sama pada kedua peralihan kekuasaan tersebut?  Mari kita belajar dari sejarah.

 

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 02102024 (185/127).
Rujukan :
1. Adam AW. Melawan lupa Menepis Stigma Setelah Prahara 1965. Penerbit Buku Kompas, 2015.
2. Brata S. Petualangan Mayor Sabarudin. Matapadi Presindo, 2019.
3. Said SH. Gestapu 65 PKI, Aidit, Sukarno dan Soeharto. PT Mizan Pustaka, 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun