Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer. Pensiunan.

Ada bila berarti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setelah Sengketa Pemungut Suara

5 Mei 2024   04:20 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:42 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari tatanegara.ui.ac.id

Telah usai gempita kontestasi.
Lebih dari sekedar evaluasi,
Perlu untuk kontemplasi.
Tentang praktik berdemokrasi.

Cara merayu pemilih didebat,
Para cendekia bersilang pendapat.
Karena kekuasaan sasaran syahwat,
Di mahkamah beradu kuat.

Keputusan mahkamah final mengikat,
Meski tidak bulat mufakat.
Rakyat mencermati di akhir debat,
Benarkah tuntas bermartabat.

Semula berseberangan beradu kuat.
Kalah kontestasi lalu merapat.
Aliansi baru sarana bergabung,
Agar tetap mendapat panggung.

Rakyat berdaulat dianggap teori.
Konon oligarki menguasai negeri.
Sistemik di pusat dan daerah,
Menularkan perilaku serakah.

Para pemilih seperti diperalat,
Lupa rakyat pun berakal sehat.
Jangan pikir rakyat bingung,
Tetap tahu mana pemimpin agung 
(pw).

Pudji Widodo
Sidoarjo, 4/5/2024, (169/117).
Untuk Sidang Sengketa Pilpres Kompasiana.

Sumber gambar : tatanegara.ui.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun