Pramuka di awal Operasi Seroja
Hari itu hujan mengguyur jalan dan halaman rumah. Dari jendela ruang tamu, saya menatap pagar halaman tanpa pintu. Rumah yang sudah beberapa bulan tanpa kehadiran ayah.
Sebagai Bintara Perawat Bedah, sejak awal Desember 1975 Ayah saya berada di daratan Timor Portugis. Ayah bertugas bersama Tim Bedah Mobil RSAL dr. Ramelan Surabaya menggunakan kapal perang KRI Teluk Amboina-869 melaksanakan Operasi Seroja. Hampir setahun ayah bertugas di wilayah yang kemudian bernama Timor Timur.
Ketika kembali dari bumi Timor Lorosae selain membawa cerita duka gugurnya para prajurit, ayah saya juga membawa kenang-kenangan berupa dokumen foto. Di antara foto yang masih tersimpan rapi sampai saat ini, terdapat foto-foto kegiatan Pramuka di awal integrasi Timor Timur.
Menurut cerita almarhum ayah, foto kegiatan Pramuka diambil di kota Dili. Hal ini wajar karena Dili adalah kota yang pertama direbut, diduduki dan diamankan ABRI. Lalu mengapa Pramuka langsung ada saat itu ?
Sosialisasi halsduk merah putih
Ketika pergi meninggalkan Timor sebagai wilayah tak bertuan pada tahun 1975, Portugis mewariskan 90,8% rakyat Timor Timur yang telah berusia lebih dari 10 tahun masih buta huruf.
Menjadi tugas berat bagi Indonesia dalam mengawali pembangunan Timor Timur dihadapkan pada lemahnya sumber daya di semua sektor. Beruntung masih ada kesamaan adat, budaya dan agama dengan saudara terdekat di Timor Barat (Provinsi NTT) yang bisa menjadi modal pendekatan.
Proses awal pembangunan Timor Timur dilakukan dalam tiga tahap yaitu rehabilitasi pada Oktober 1976 - Maret 1977, konsolidasi pada April 1977 - Maret 1978 dan tahap stabilisasi pada April 1978 - Maret 1982.
Pada awal integrasi masalah keamanan merupakan hal yang paling menonjol. Persoalan mendasar adalah bagaimana agar militansi perlawanan tidak berkembang dan memupus niat bertempur faksi militer Fretilin serta bertumbuhnya nasionalisme baru warga Timor Timur.