Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer. Pensiunan.

Ada bila berarti

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bukan Hijau Bukan Merah - KKO AL Memilih Ungu

31 Januari 2024   06:41 Diperbarui: 31 Januari 2024   06:51 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan tanpa makna bila terdapat nama warna ungu Tyrian atau ungu Royal dan ungu Imperial. Pewarna ungu Tyrian dibuat oleh orang Fenisia, di kota Tyre, pantai barat daya Lebanon. Ungu Tyrian adalah hasil ekstraksi lendir siput laut Bolinus brandaris.

Rumitnya proses produksi pewarna ungu Tyrian ini, membuat kain ungu menjadi mahal dan eksklusif. Pewarna ungu Tyrian lebih bernilai dibanding emas. Pada zaman kekaisaran Bizantium terbit peraturan yang membatasi penggunaan pewarna ungu.

Para senator Romawi diizinkan mengenakan garis ungu Tyrian di toga mereka. Eksklusivitas ini berlanjut hingga era Ratu Elizabeth I (1558 M - 1603 M). Hukum sumptuary melarang siapa pun kecuali keluarga kerajaan untuk mengenakan warna ungu.

Dalam teori warna, dikenal warna primer, warna sekunder, warna antara, warna tertier dan warna kuartener. Warna primer meliputi merah, kuning dan biru. Ungu terbentuk dari kombinasi warna primer merah dan biru. Selanjutnya kombinasi warna merah dan ungu menghasilkan ungu kemerahan sebagai warna antara <3>. Pendapat lain menyebut ungu magenta adalah warna tersier.

Kombinasi Warna
Kombinasi Warna


KKO AL tidak memilih warna merah yang telah menjadi identitas prajurit komando RPKAD. Demikian pula KKO AL tidak memilih baret hijau marinir Inggris, atau baret biru gelap marinir Belanda. Menurut Jacob Olesen terdapat  140 tingkat warna ungu. Warna tersier ungu magenta, ungu kemerahan adalah warna seludang bunga dengan nama ilmiah Bougainvillea sp, yang dipilih KKO AL sebagai warna baret. Ciri gugur sebelum layu bunga Bugenvil menjadi filosofi kerelaan berkorban prajurit KKO AL demi kejayaan NKRI.

Merah adalah warna simbol kualifikasi komando, sedang warna biru adalah warna dasar panji ALRI. Maka  warna tersier magenta ungu kemerahan sebagai kombinasi merah dan biru, merupakan penanda bahwa Korps Komando adalah pasukan pendarat ALRI. Nama Komando dan warna baret ungu magenta menjadi identitas setiap personel KKO AL sebagai entitas elit Angkatan Laut.

Maka ketika KKO AL berganti nama menjadi Korps Marinir, nama komando tidak pernah hilang dari sejarah. Warisan pendidikan komando di Sekolah Perang Khusus KKO AL, juga bertransformasi menjadi Pendidikan Komando Marinir dalam kurikulum pendidikan kejuruan Marinir di lembaga Kodikmar Kodiklat TNI AL dan Akademi Angkatan Laut.

Kualifikasi komando harus dikuasai setiap prajurit pasukan pendarat sebagai kekuatan yang diproyeksikan dari laut. Dengan demikian para pendahulu ALRI telah merintis KKO AL memiliki kemampuan special operation capable untuk mewujudkan tugas Angkatan Laut. Kekhususan tugas yang menempatkan KKO AL sampai menjadi Korps Marinir TNI AL pada posisi eksklusif dan elite.


Sesuai eksklusifitas warna ungu, dalam sejarah kain ungu yang mahal dipergunakan oleh entitas terbatas. Demikian pula eksklusifitas mensyaratkan kualifikasi komando bagi mereka yang ingin bergabung dengan KKO AL. Eksklusifitas KKO AL juga karena diperlukan biaya mahal untuk membentuk postur kekuatannya. Postur KKO AL yang kemudian menjadi besar seiring perkembangan lingkungan strategis nasional, kawasan dan global.

Eksklusifitas KKO AL bukan berhenti pada status, tetapi dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui darma bakti sepanjang masa. Layaknya suatu desain produk, ungu mewakili KKO AL merupakan produk yang dirancang agar kompetitif  dalam "bisnis" pertahanan keamanan. Pesaing dalam hal ini  yaitu pihak yang mengancam kedaulatan NKRI. Hal tersebut telah dibuktikan dalam catatan sejarah panjang pengabdian KKO AL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun