Mohon tunggu...
Milla Pristianti
Milla Pristianti Mohon Tunggu... Relawan - Perempuan

Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini Angkatan 2017 UIN Malaulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahaya Memarahi Anak secara Berlebihan

5 Oktober 2019   20:11 Diperbarui: 5 Oktober 2019   20:42 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang sudah lama menjalin hubungan dan sepakat untuk membina rumah tangga pastinya akan menjadi orang tua. Setiap orang menjadi orang tua karena beberapa alasan pertama, kita telah disiapkan untuk merespons positif atas kehadiran bayi.

Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa orang dewasa sangat tertarik dengan bayi dan merespons secara positif ketika melihat bayi, hanya saja respon pada setiap individu itu berbeda-beda adakalanya ketika melihat bayi mereka langsung ingin mencium atau mencubit pipi bayi tersebut.

Kedua, dorongan masyarakat yang kuat merupakan pengaruh utama memiliki anak. Masyarakat membutuhkan anak agar hidupnya terus  berkelanjutan sehingga hal ini memberikan tekanan positif melebihi pekerjaan atau pernikahan dan mereka berfikir bahwa menjadi orang tua adalah tanda dari kematangan atau kedewasaan.

Dengan persepsi masyarakat yang demikian banyak pasangan yang ketika belum mendapatkan keturunan pasti sudah dijadikan sebagai bahan pergunjingan di lingkungan tempat tinggalnya (Brooks, 2011).

Ketika orang tua sudah memiliki anak sering kali mereka tidak bisa mengendalikan kemarahan mereka, tidak jarang pula anak menjadi sasaran kemarahan mereka. sebagai orang tua harusnya kita bisa mengendalikan kemarahan kita secara proporsional/sesuai maksudnya ketika anak melakukan satu kesalahan maka marah kita juga satu jangan berlebihan seperti ketika anak melakukan satu kesalahan kemarahan kita sudah meledak-ledak.

Saat kita marah kepada anak pasti itu akan berdampak pada anak. Kita harus perhatikan dan ingat-ingat bahwa dalam masa tumbuh kembang anak mereka membutuhkan satu hal yaitu rasa berharga, kalau kita sering memarahi anak kita rasa berharga mereka akan menurun dan mereka akan mempertanyakan seberapa berharganya mereka.

Saat kita memarahi anak secara berlebihan di batin terdalam mereka akan mengatakan 'papa mama masih sayang aku enggak ya ?, kalau masih sayang kenapa marahnya seperti itu' anak tersebut mempertanyakan kasih sayang orang tua kepada dirinya.

Jika pertanyaan tersebut tidak terjawab maka anak akan menyimpulkannya sendiri 'mama papa sudah tidak sayang lagi' sangat berbahaya kalau pertanyaan tersebut dijawab sendiri oleh anak.

Ketika dalam kondisi seperti ini rasa berharga yang dimiliki anak menurun sehingga mereka tidak percaya diri, tidak punya semangat belajar, hubungan sosialnya juga tidak baik.

Kekecewaan seorang anak terhadap orang tua jika tidak disembuhkan akan membuat anak kecewa terhadap dirinya sendiri yaitu dengan beranggapan bahwa 'kenapa ia tidak bisa menjadi anak yang baik'.

Ketika sudah dalam tahapan ini orang tua harus lebih hati-hati karena anak bisa saja kecewa terhadap tuhan dan mereka akan merasa bahwa tuhan itu tidak adil. Pengasuhan dianggap gagal ketika anak mempersepsikan orang tua sebagai hakim atau polisi dan pengasuhan dianggap berhasil kalau anak mempersepsikan orang tua sebagai ayah dan ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun