Mohon tunggu...
Puji Lestari
Puji Lestari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pharmacist - rain lover - journalist wanna be - choleric melancholic - vitamin C addict - bookworm\r\n\r\nTulisan saya yang lain ada di http://puchsukahujan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Racun Logika

12 November 2012   08:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:34 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun kalau dibaca secara keseluruhan cerpennya, analisis akan sedikit berbeda. Ada semacam ‘rukshah’ keringanan hukum atas orang yang tidak tahu. Hanya saja pada akhir cerita, pihak-pihak yang mengetahui tak menunjukkan kebenaran karena hatinya kalah dengan rasa kemanusiaan. Ini juga, racun logika. Orang-orang yang hatinya mudah tersentuh akan sangat mengamini dan membenarkan tindakan tokoh utama dalam cerpen ini. Luar biasa! Inilah karya sastra yang mampu mempengaruhi kerangka berpikir pembacanya.

Jadi terasa benar, di sinilah pentingnya dakwah bil qalam. Ke depan dibutuhkan stok penulis hebat yang mampu menghasilkan karya sastra bermutu. Mereka yang berani mengatakan bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Mereka yang berani bermanuver melakukan counter attack pada pemikiran-pemikiran bersifat ‘racun logika’. Sayang, penulis dewasa ini lebih mengutamakan selera pasar dan pundi-pundi keuangan.

Baiklah, mari kita sedikit memperluas pembahasan, racun logika dalam konteks kenegaraan. Dalam sistem demokrasi, banyak orang mengatakan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Seakan-akan ingin menobatkan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Sementara konsep yang benar, di dalam Islam kedaulatan ada di tangan Tuhan sehingga suara Tuhan itulah yang harus menjadi suara rakyat.

Haihh, kenapa jadi kebalik-balik begini logikanya?

Di negara demokrasi seperti Indonesia, hukum dibuat atas nama kesepakatan bersama dalam konstitusi. Padahal sejatinya hukum itu given, sudah ada pakemnya dalam Al Qur’an dan Hadits. Konstitusi hanya bertugas untuk merealisasikannya. Lagi-lagi ditemukan racun logika sudah menyebar kemana-mana, mempengaruhi cara berpikir, mengaburkan antara yang hak dan yang bathil, merusak sistem, dan ujung-ujungnya merujuk pada satu kesimpulan. Manusia, baik secara langsung maupun tak langsung, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, sudah mulai menafikan keberadaan Tuhan.


Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong. (QS Az Zumar: 54)

repost from my personal blog :)

http://puchsukahujan.wordpress.com/2012/10/31/racun-logika/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun