Mohon tunggu...
Puji Lestari
Puji Lestari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pharmacist - rain lover - journalist wanna be - choleric melancholic - vitamin C addict - bookworm\r\n\r\nTulisan saya yang lain ada di http://puchsukahujan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Rohis (bukan) Teroris

15 September 2012   02:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:26 2551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_212514" align="aligncenter" width="480" caption="kaskus.co.id"][/caption]

Pengalihan isu adalah cerita lama di negeri para bedebah (meminjam istilah Tere Liye) ini. Sama saja, tak peduli itu penggelapan dana simpan pinjam arisan RT atau bahkan korupsi duit negara yang jumlahnya milyaran, semuanya menghalalkan segala cara untuk menutupi kebusukannya jika itu menyangkut soal uang. Memang dunia ini melenakan, uang menjadi barang paling berharga yang diperebutkan oleh semua orang.

Tanggal 5 September lalu, di sebuah pemberitaan Metro TV muncul sebuah gagasan menarik untuk melakukan rekayasa pengalihan isu kasus korupsi yang -saya yakin disengaja- hendak ditutup-tutupi. Sayang, mereka salah memilih objek penderita dari rumor yang hendak mereka sebarkan. Rohis menjadi kambing hitam dari tuduhan Metro TV mengenai generasi muda teroris. Kalau sudah begini, persoalannya bukan lagi tentang uang, koruptor, dan kapitalisme, tetapi sudah memasuki ranah pertarungan ideologi.

Meski secara tidak langsung pihak Metro TV menyebutkan bahwa rohis adalah sarang teroris, namun info grafik yang mereka tayangkan mengenai pola rekrutmen teroris muda sudah jelas sedang menyudutkan organisasi ekstrakurikuler di berbagai sekolah setingkat SMP/SMA itu. Ketika dikonfirmasi pihaknya mengelak dan memberikan keterangan bahwa info grafik tersebut diperoleh dari pihak lain yaitu berdasarkan pernyataan Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Dr. Bambang Pranowo. Usut punya usut, Bambang Pranowo ini disinyalir sebagai salah satu tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal).

Berikut pola rekrutmen teroris muda yang ditayangkan dalam info grafik Metro TV:

1. Sasarannya siswa SMP akhir -SMA dari sekolah-sekolah umum

2. Masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah

3. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah

4. Dijejali berbaga kondisi sosial yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang

5. Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah toghut/kafir/musuh

Haha, ini lucu sekali. Sedemikian takutnyakah mereka (musuh-musuh Islam_pen) melihat masa depan generasi muda yang cemerlang sehingga menyatakan tuduhan tidak berdasar itu?

Saya memang tidak pernah bergabung di Rohis semasa sekolah dulu, hanya sempat masuk sebagai anggota CDA (Corps Dakwah Al Uswah) waktu itu. Tapi saya tahu persis apa yang dilakukan teman-teman Rohis bukanlah sebuah tindakan kaderisasi teroris. Mereka hanya ingin memperbaiki pola pikir generasi muda yang sudah teracuni dengan kebobrokan dunia dengan sesuatu yang lebih baik, tentang masa depan negeri dan Islam yang gemilang. Mereka menyelenggarakan kajian-kajian keislaman, menghidupkan masjid, memunculkan kembali semangat berdiskusi dan pemikiran, memperbaiki semangat juang sebagai penerus bangsa ini. Apa itu salah? Mereka jauh lebih baik daripada para pemuda yang setiap harinya diisi dengan senang-senang dan foya-foya di pusat-pusat hiburan negeri ini.

Banyak aktivis-aktivis muda yang kritis dengan kondisi negeri ini dibesarkan dalam lingkungan Rohis semasa sekolahnya. Tentu ini menjadi ancaman serius bagi mereka (para bedebah) yang hanya bisa mengejar duniawi, seperti para koruptor dan politisi yang haus kekuasaan. Ha! Dan kini mereka sedang khawatir jika 10-20 tahun mendatang, orang-orang seperti mereka tidak lagi memiliki tempat untuk bermain-main. Wajar, jika mulai saat ini mereka gerah sehingga menyerang pihak-pihak yang menyerukan perbaikan.

Yang saya sayangkan hanya cara mereka yang tidak elegan. Bagaimana bisa kaum terpelajar yang lihai memanipulasi segala hal melakukan tuduhan bodoh itu? Kalau begitu apa bedanya mereka dengan kelas preman jalanan yang mengintimidasi para pedagang asongan? Hah, memang lucu negeri ini.

Kabar buruknya, ini menciptakan resistensi pada para orang tua sehingga melarang anak-anaknya untuk ikut kegiatan Rohis, takut direkrut jadi teroris. Padahal sesungguhnya, terorisme sejati justru diciptakan oleh orang-orang yang berkepentingan (kau tau siapa).

So, bagaimana jika keadaannya saya balik, bahwa teroris itu kamu (Metro TV)?

Yogya, 15 September 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun