Mohon tunggu...
Muhammad Ashrul Haikal
Muhammad Ashrul Haikal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Suka mempelajari atau mengeksplorasi hal baru

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengapa Neraca Pemabayaran Penting bagi Stabilitas Rupiah?

11 Desember 2024   23:41 Diperbarui: 12 Desember 2024   05:48 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perekonomian yang semakin terhubung dengan pasar global, stabilitas mata uang menjadi salah satu indikator penting untuk mengukur kesehatan ekonomi suatu negara. Bagi Indonesia, rupiah sebagai mata uang nasional memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan ekonomi domestik. Namun, menjaga stabilitas rupiah bukanlah tugas yang mudah. Di balik kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia, dimana neraca pembayaran merupakan salah satu faktor berpengaruh. Menurut International Monetary Fund (IMF) menjelaskan sebagai balance of payment BOP yaitu laporan statistik ringkasan tersistematis dalam periode tertentu, transaksi perekonomian sebuah negara dan lainnya. Neraca pembayaran Indonesia bukan hanya sekedar angka, namun mencerminkan posisi perekonomian Indonesia dalam transaksi global. Salah satu dampak terbesarnya dari ketidakseimbangan neraca pembayaran adalah fluktuasi nilai tukar rupiah, yang dapat mengguncang ekonomi domestik.

Neraca pembayaran Indonesia mencakup komponen utama berupa transaksi berjalan, modal serta finansial. Transaksi berjalan menggambarkan posisi ekspor dan impor produk, serta pendapatan yang diterima atau dibayarkan oleh Indonesia. Sedangkan transaksi modal  dan finansial berhubungan dengan aliran modal masuk dan keluar, yang termasuk investasi asing dan utang luar negeri. Sebagai contoh,menurut laporan Bank Indonesia (Neraca Pembayaran Indonesia, Triwulan I 2024), Indonesia mencatatkan defisit transaksi berjalan sebesar USD1,88 miliar, yang menunjukkan bahwa tingginya uang keluar daripada uang masuk, terutama disebabkan oleh impor barang dan pembayaran utang luar negeri. Defisit transaksi terjadi ini menekan nilai  tukar rupiah karena meciptakan kekurangan pasokan dolar di pasar domestik.

Namun, transaksi finansial Indonesia menunjukkan surplus sebesar USD6,03 miliar pada periode yang sama, yang berfungsi untuk menutup defisit ini. Surplus transaksi finansial  ini umumnya datang dari investasi asing langsung atau portofolio, yang membawa masuk valuta asing ke Indonesia. Jika surplus ini tidak tercapai, atau jika investasi asing yang masuk  berkurang drastis, maka tekanan terhadap rupiah bisa semakin besar. Karena itu, menjaga arus investasi asing tetap stabil dan positif sangan penting untuk memastikan keseimbangan neraca pembayaran.

Pada sektor ekspor  Indonesia, khususnya eskpor nonmigas, berperan besar dalam mendukung neraca pembayaran. Pada Triwulan pertama 2024, ekspor  Indonesia mencapai USD58,01 miliar, sedangkan impor tercatat sebesar USD42,93 miliar, menghasilkan surplus perdagangan yang signifikam. Meskipun demikian, ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas primer seperti batu bara dan minyak sawit menambah kerentanannya terhadap fluktuasi harga global. Jika harga komoditas menurun, neraca pembayaran Indonesia bisa terganggu, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi stabilitas rupiah.

Di sisi lain, cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai USD146,38 miliar pada Mei 2024, yang memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk melakukan intervensi pasar ketika diperlukan, guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Cadangan devisa yang cukup besar ini menjadi penopang penting  dalam menghadapi tekanan besar dan menjaga kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Dengan cadangan yang memadai, Bank Indonesia dapat melakukan intervensi untuk membeli atau menjual dolar di pasar untuk mengatasi volatilitas rupiah.

Namun, pengelolaan neraca pembayaran bukan hanya soal menjaga keseimbangan antara ekspor dan impor atau mengoptimalkan investasi asing. Diversifikasi ekonomi mejadi kunci jangka  panjang  untuk memastikan Indonesia tidak terlalu  bergantung pada ekspor komoditas yang rentan terhadap perubahan harga dunia. Pemerintah dan Bank Indonesia harus mendorong peningkatan sektor industri, pertanian, mannufaktur, dan teknologi yang dapat menghasilkan produk bernilai tambah, agar perekonomian Indonesia tidak hanya mengandalkan sektor primer.

Jadi kesimpulannya adalah neraca pembayaran Indonesia adalah alat ukur yang sangat penting dalam menilai kondisi perekonomian Indonesia di mata dunia. Defisit transaksi berjalan dan ketergantungan pada ekspor komoditas menjadi tantangan yang harus dihaapi agar stabilitas tetap terjaga. Sementara itu, surplus transaksi finansial dan cadangan devisa yang kuaur memberikan penyangga bagi nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, pengelolaan neraca pembayaran yang hati-hati dan berimbang, didukung dengan kebijakan ekonomi yang mendorong diversifikasi sektor ekonomi, adalah langkah yang harus diupayakan. Tanpa langkah ini, Indonesia akan menghadapi risiko fluktuasi nilai tukar rupiah yang bisa memperburuk stabilitas ekonomi. Melalui pengelolaan yang baik, neraca pembayaran dapat menjadi pilar utama dalam menjaga ketahanan ekonomi  Indonesia di masa depan, serta menjaga stabilitas rupiah yang menjadi andalan ekonomi nasional.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun