Mohon tunggu...
Muhammad Yamin Pua Upa
Muhammad Yamin Pua Upa Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Masalah Sosial & Lingkungan Hidup

Hobi menulis dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyelami Fenomena Kampanye Pilpres 2024 di Media Sosial: Antara Literasi Digital dan Tantangan Etika

18 Februari 2024   23:11 Diperbarui: 18 Februari 2024   23:16 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampanye politik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses demokrasi, dan di era digital ini, media sosial telah menjadi kanal utama untuk menyampaikan pesan politik kepada massa. Fenomena kampanye Pilpres 2024 di media sosial mencerminkan pergeseran signifikan dalam cara politisi dan kandidat berinteraksi dengan pemilih. Namun, di tengah kemudahan akses informasi, literasi media digital menjadi kunci untuk memahami dan menghadapi fenomena ini dengan bijak.

Literasi media digital sangat penting dalam membantu masyarakat memahami dan menilai informasi politik yang tersebar di media sosial. Dengan literasi yang kuat, individu dapat membedakan antara fakta dan opini, mengidentifikasi bias, serta memahami konsekuensi dari penyebaran informasi palsu atau manipulatif. Dalam konteks kampanye Pilpres, literasi media digital memungkinkan masyarakat untuk mengambil keputusan yang lebih terinformasi dan kritis dalam proses pemilihan.

Kanal-kanal media sosial (medsos) menjadi sarana memperkenalkan sosok-sosok politik. Strategi ini juga untuk mengangkat popularitas sosok politik melalui iklan-iklan di medsos. Setidaknya ada tiga kanal medsos yang menjadi rujukan utama belanja politik tersebut, yakni Instagram, Facebook, dan Tiktok.

Platform media sosial yang paling dominan dalam kampanye Pilpres 2024 adalah Instagram. Di platform ini, kampanye dilakukan melalui berbagai konten visual, seperti gambar, video, dan cerita. Kandidat dan tim kampanye menggunakan fitur-fitur seperti iklan berbayar, hashtag, dan kolaborasi dengan influencer untuk mencapai audiens yang lebih luas. Konten-konten tersebut seringkali disesuaikan dengan karakteristik pengguna Instagram, seperti kecenderungan untuk mengkonsumsi konten visual yang singkat dan menarik. Platform media social lainnya yang dominan adalah Facebook dan TikTok.

Dominasi ketiga platform media sosial dalam kampanye Pilpres 2024 tersebut karena Instagram, Facebook dan TikTok memiliki basis pengguna terbanyak di Indonesia. Data dari Digital 2023 Indonesia yang disusun We Are Social menunjukkan, pengguna Instagram mencapai 184,2 juta orang, Facebook 178,5 juta orang, dan Tiktok 150,8 juta orang. Dari ketiga platform ini, Instagram dan Facebook dimiliki perusahaan Meta Platforms.

Kelebihan kampanye Pilpres melalui media sosial antara lain adalah kemampuannya untuk mencapai khalayak yang lebih luas dengan biaya yang relatif rendah, serta memberikan ruang partisipasi yang lebih besar bagi masyarakat dalam proses politik.

Namun, kekurangannya adalah adanya potensi penyebaran informasi palsu atau manipulatif, polarisasi opini, dan privasi yang rentan terhadap pelanggaran. Karena itu, literasi media digital dapat membantu masyarakat untuk lebih kritis terhadap informasi yang tersebar di media sosial dengan memberikan mereka keterampilan untuk memverifikasi kebenaran informasi dan mengidentifikasi upaya manipulasi.

Tantangan etika yang muncul selama kampanye Pilpres di media sosial antara lain adalah penyebaran informasi palsu atau hoaks yang dapat mempengaruhi opini publik dan hasil pemilihan, serta pelanggaran privasi data pengguna untuk tujuan politik.

Literasi media digital dapat membantu mengatasi tantangan ini dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko yang terkait dengan penyebaran informasi palsu dan perlunya melindungi privasi data pribadi mereka.

Selain itu, literasi media digital juga dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan sikap kritis dan skeptis terhadap informasi politik yang mereka temui di media social.

Dengan literasi yang kuat, masyarakat dapat memanfaatkan potensi positif dari media sosial sambil tetap waspada terhadap risiko yang terkait dengan penyebaran informasi palsu dan pelanggaran privasi data.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun