Mohon tunggu...
Achmad Puariesthaufani
Achmad Puariesthaufani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Yang nisbi itu sejati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuliah Untuk Apa?

27 Desember 2011   14:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:41 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu di era kolonial,mayoritas orang di Indonesia akan menilai aktivitas perkuliahan hanya diperuntukkan "orang-orang istimewa".Penilaian tersebut ada,karena memang ketika itu yang "mampu" untuk kuliah adalah orang yang mempunyai kemampuan;baik itu finansial ataupun intelektual.Bagi rakyat jelata,mendapat pendidikan seperti SR(Sekolah Rakyat) dan kursus-kursus singkat,sudah patut disyukuri.Oleh karenanya,tak heran bila lulusan "kuliah" akan mendapat tempat di dalam masyarakatnya.

Pandangan inilah yang membuat rakyat jelata berlomba-lomba mengecap aktivitas perkuliahan diawal masa kemerdekaan.Bahkan tak jarang diantara mereka yang menjual sawah,bangunan dan harta benda mereka,guna "mencicipi" aktivitas yang bernama kuliah.Adapula orang yang merantau,berniat untuk kuliah ke kota,namun saat tiba dikota uang yang mereka kumpulkan tak cukup untuk kuliah,dan mereka pun mengganti niat mulia tersebut.Itulah sebagian gambaran dari semangat yang menggurat di pikiran masyarakat Indonesia saat itu untuk meraih ILMU.

Akantetapi,seiring berjalannya waktu paradigma tersebut mulai dipertanyakan.Pengalihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru,semangat murni para calon mahasiswa untuk meraih ilmu,mulai tercemari.Kebijakan penguasa orde baru yang lebih "Pro Barat" membuat aktivitas perkuliahan bercampur dengan aktivitas yang berbau hedonisme;pesta,hura-hura,dan cinta.Hal ini diperparah ketika aktivitas pergerakan mahasiswa,dibekukan dan dipersempit ruang geraknya melalui NKK/BKK.Hal ini,membuat mahasiswa mulai mengalami kebimbangan jatidiri.Kegiatan mereka terbelah menjadi SO(Study Orriented) dan OO(Organize Orriented)

di Era reformasi,mahasiswa kembali menemukan jatidri mereka dalam aktivitas perkuliahan.Dimasa ini digadang-gadangkan akan tercipta "calon" pemimpin bangsa.Sayangnya,aktivis 98 tidak memupuk semangat pembaharuan mereka kepada "adik-adik" mereka.Walhasil,semangat itu kini hanyalah sebatas jargon dan terkesan gaya-gayaan.Kuliah pada saat ini, hanyalah diisi oleh aktivitas yang membosankan.Bahkan,banyak lulusan kuliah sekarang,susah mencari kerja dan bingung untuk melakukan apa setelah kuliah.Menganggur,nampaknya sudah menjadi kenyataan yang diterima Lulusan kuliah.PAdahal,mereka bisa saja mengabdikan diri kepada masyarakat sesuai dengan bidang yang mereka tekuni.Sayangnya,inisiatif ini tak muncul dipikiran mereka karena tertutupi oleh aktivitas hedon-materialistik mereka saat dibangku kuliah.Asa ini,harusnya bisa menjadi harapan masyarakatnya ditengah carut marut kondisi bangsa-negara saat ini.Lalu,seperti kata kawan saya,bila sebagai mahasiswa tak bisa bermanfaat bagi orang banyak (atau saya lebih suka dengan kata Mengabdikan diri ke masyarakat ),kuliah untuk apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun