Mohon tunggu...
Puak Cullen
Puak Cullen Mohon Tunggu... -

Twilight lover

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Puak dan Edward (1)

2 September 2010   02:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudahlah, pikirku. Akhir-akhir ini memang banyak orang yang tidak bertanggung jawab. Suka seenaknya dan selalu akan beginilah negeri ini sepertinya. Akupun berdiri dan membayar es cendolku. Pikiran tentang orang yang menabrakku tadi masih bermain diingatanku.

Aku baru beberapa langkah berjalan menuju parkiran, suara seseorang memanggil namaku. Aku menoleh ke arah suara itu.
Seorang lelaki berdiri dibawah pohon berpakaian rapi lengkap dengan jas hitamnya. Mungkin dia kerja disekitar sini.
"Kamu Puak?", lelaki itu bertanya sambil melangkah ke arahku. Ia berhenti kira-kira 2 meter dihadapanku.

Tadinya aku berpikir lelaki bule ini adalah salah satu customer yang aku temui di ruang meeting tadi. Ternyata tidak, orang ini lebih muda dan lebih tampan. Matanya berwarna hijau seperti warna kesukaanku.

"Puak?", tanyanya lagi menyadarkanku.
"Oh,.. iya, aku Puak, emang nape?". Biasa, kalau tak sadar, gaya preman kali codet keluar begitu saja.

"Kamu bisa lihat aku?". Matanya terus menatapku.
"Ya, bisa lah eii.. emang kamu nggak bisa lihat aku?", tanyaku curiga.

Lelaki itu tersenyum. Rasanya baru minum bir bintang 1 can aja aku sudah mabuk. Ondeh! Udah ganteng, senyumnya maut pulak.
"Jelas aku bisa melihatmu, Puak.. kalau tidak, mana mungkin aku memanggilmu?"

Aku mengernyitkan alisku dan kemudian bertanya,".. dari mana kau tahu namaku?". Perasaanku, dia bukan salah satu bule yang aku temui di gedung tadi.

Lagi-lagi, dia tersenyum. Agak mencondongkan sedikit kepalanya, dia berkata, .. "kau tahu?.. aku vampire!" dan mata hijau lembut itu menunggu reaksiku.

Beberapa detik aku melongo dan baru sadar ketika mulutku terasa kering ketika angin bertiup.
"Hahaha...!.. Vampir?.. kau bilang kau vampir??", aku tertawa terbahak-bahak.
Lelaki itu mengangguk tanpa berkedip dan terus menatapku menunggu reaksiku selanjutnya.

Aku melambaikan tanganku, seakan-akan ingin membuat matanya berkedip. (Risih juga kali diplototin orang ganteng).
"Udahlah, bang.. jangan mimpi siang2 terik begini..", ucapku sambil melangkah pergi melewatinya.

Dia menahanku dengan menyentuh tanganku. "Jangan pergi", katanya.
Akupun menghentikan langkahku.

"Dengar, puak.. aku bukan abang.. aku vampir. Sungguh-sungguh vampir..!"
"Baiklah, Mpir. Siapapun kamu, aku nggak peduli. Aku mau pulang.. ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun