Mohon tunggu...
Puak Cullen
Puak Cullen Mohon Tunggu... -

Twilight lover

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Puak dan Edward (1)

2 September 2010   02:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Never cut a tree down in the wintertime. Never make a negative decision in the low time. Never make your most important decisions when you are in your worst moods. Wait. Be patient. The storm will pass. The spring will come" -Robert H. Schuller.

....
[Hmm.. mari lupakan dulu soal badmood yang sedang bergolak itu.
Aku mau gunakan sebentar otak kanan ini. Dan sebentar, aku mau menghayal.
*nenggak 1 strip antimo*]

Keadaannya sekarang, akan seperti ini.
Anggaplah aku masih lajang. Tidak terikat dulu dengan siapapun.
Kenapa?.. Ini dunia hayal Puak. Puak Cullen.
Seperti yang kubilang, blog ini akan memunculkan banyak karakter seorang Puak.
Terserah kemudian aku akan disebut apa. Tapi tolong catet, no personality disorder. Gila, iya.. hahaha.
(kalem..)

Jadi, kali ini aku tetap menjadi Puak Cullen. Meski aku menyandang nama Cullen, aku belum menikah dengan Edward Cullen.
Aku hanya kege-eran memakai nama itu karena suatu hari aku percaya Edward bakal menikahiku. (Ingat! Aku dianggap lajang saat ini).

Pada awal aku bertemu dengan Edward, dia sudah berstatus duda. Dia tidak lagi menikah dengan Bella karena wanita itu sudah mati di tangan vampire jahat. Seorang vampire baru yang masih tidak bisa menahan dirinya untuk membunuh siapapun. Manusia, hewan, bahkan vampire. Namanya Coro. Cukup keren untuk nama seorang vampire.

Waktu itu Bella lagi cekcok dengan Edward gara-gara Bella tak jujur. Mentang-mentang Edward tidak bisa membaca pikirannya, Bella menggunakan kesempatan itu untuk bisa berpacaran lagi dengan Jacob. Benar-benar tidak tahu diri.

Mungkin pernikahan itu memang sudah diambang kehancuran, jadi mereka pun pisah ranjang. Jarang bertemu. Mereka tidak lagi saling peduli, layaknya selebritis yang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Ketika Coro membunuh Bella, Edward sedang berburu sendirian. Tadinya dia sedih, tahu Bella hancur berkeping-keping dan menyesal karena membiarkan Bella sendirian. Tapi, karena melihat Jacob waktu upacara pembakaran tubuh Bella, Edward merasa biasa saja. Hanya hampa.

Hari-hari pun berlalu. Edward merasa hidupnya kembali seperti dulu. Sendiri dalam malam panjang yang tak berujung.
Meskipun umurnya sudah 110 tahun, Edward tetap terlihat 25 tahun. (Disini dikisahkan sejak menikah dengan Bella, umurnya bertambah beberapa tahun dan diikuti dengan pertumbuhan fisik sesuai umur :D ).

Aku bertemu Edward di saat yang tidak pernah kusangka.
Siang itu, matahari sedang terik-teriknya. Panasnya minta ampun.
Aku ada meeting dengan customerku di salah satu gedung bertingkat 25 di jalan Sudirman, dan keluar dari sana sudah jam 2 siang.
Disekitar gedung itu ada taman kecil. Sebelum pulang, aku sempatkan ke taman itu dimana aku tahu ada tukang es cendol Bandung suka mangkal.

Abang tukang cendol menyerahkan gelas penuh es cendol ke tanganku tak lama setelah aku duduk disalah satu bangku taman. Sambil menikmati pemandangan, aku sedikit melamun jorok. Mengingat ketika customer ku pria bule itu sempat mencolek pantat sekretarisnya sebelum meeting dimulai. Aku tahu itu dibuat seperti tidak sengaja, tapi reaksi sekretarisnya yang melirik nakal dan manja itu menjijikan. Percayalah, aku tidak iri, dan tidak ingin, walau bule itu tampan. Mataku hanya tidak menerima bule itu mencolek pantat lelaki. Iya, sekretarisnya lelaki!. Gimana aku tidak berpikir jorok sesudahnya.
Aku tidak ingat suapan ke berapa ketika tiba-tiba gelasku jatuh terlepas dari tanganku. Gelas kaca itu jatuh menimpa pinggiran bangku taman yang keras kemudian pecah dan setengah es cendol yang tersisa itu berhamburan. Es, air, dan cendol menciprati wajah dan bajuku. Aku sempat melihat beberapa saat seseorang sekelabat melewatiku. Tepatnya, menabrakku dan kemudian pergi.
"Hei!.. kalau jalan, pakai mata dong!", teriakku pada orang yang baru saja lewat itu. Tidak ada jawaban. Hanya si abang es cendol yang lagi jongkok mengumpulkan beling melongo menatapku. Mungkin si abang tidak melihat orang itu karena sepertinya cuma aku dan dia yang berada di sekitar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun