Mohon tunggu...
Putra NTB
Putra NTB Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dr. Zulkieflimansyah; Pariwisata Harus Dikembangkan tapi Harus Menguntungkan Masyarakat NTB

31 Desember 2017   10:44 Diperbarui: 31 Desember 2017   11:15 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nusa Tenggara Barat, khususnya pulau Lombok merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Promosi wisata Pulau Lombok semakin gencar dilakukan, baik oleh pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat. Karena itu, berbagai kebijakan dan pembangunan digalakkan di Lombok untuk mendukung pertumbuhan industri pariwisata.

Namun, pertumbuhan industri pariwisata tidak serta-merta akan menguntungkan mayoritas masyarakat lokal. Industri pariwisata layaknya pisau bermata dua, dia bisa membawa dampak positif, tetapi juga dampak negatif.

Dampak positif tentu saja terkait dengan pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja baru, dan optimalisasi potensi daerah. Namun, dampak negatif pariwisata juga besar, terkait dengan tergerusnya tradisi dan nilai-nilai budaya lokal, konsumerisme, kerusakan ekosistem (seperti di Gunung Rinjani), merebaknya konsumsi obat-obat terlarang dan minuman beralkohol, dan meningkatnya biaya hidup.

Dampak negatif industri pariwisata ini hampir selalu mengikuti setiap aktivitas pariwisata, terlebih ketika pemberdayaan masyarakat rendah. Sementara itu, dampak positifnya justru bukan dinikmati oleh masyarakat lokal. Dalam kasus NTB, khususnya Lombok, fenomena seperti ini yang menjadi persoalan industri pariwisata.

NTB memang mengalami pertumbuhan ekonomi, bahkan hingga di atas rata-rata nasional, namun tingkat kemiskinan juga tinggi di atas rata-rata nasional. Artinya, ada ketimpangan sosial-ekonomi yang sangat tinggi terjadi di NTB, khususnya Lombok. Dalam hal industri pariwisata, fenomena ini juga menjelaskan bahwa pelaku utama industri pariwisata Lombok bukan dikuasai oleh masyarakat lokal, namun para pemain dari luar daerah, seperti Bali, Jawa, Jakarta, dan daerah lain.

Bagi Dr. Zulkieflimansyah, sangat disayangkan potensi besar daerah NTB tersebut tidak berdampak signifikan pada kesejahtraan masyarakat lokal. Dia menilai bahwa industri pariwisata NTB yang seperti ini ibarat rumah yang memiliki halaman indah, dikunjungi banyak orang, namun yang menikmati keuntungan adalah tetangga. Tentu ini sangat tidak pantas terjadi.

Tentu menyedihkan, sebab dampak negatifnya kita yang tanggung tapi keuntungan mayoritas dinikmati oleh orang lain. Karena itu, Dr. Zulkieflimansyah menyatakan bahwa harus ada wawasan baru dalam pengembangan industri pariwisata NTB, jika kita memang menginginkan pariwisata sebagai industri unggulan daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun