Mohon tunggu...
putri taqiyyah
putri taqiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Saya seorang mahasiswa di UIN Sunan Gunung Djatir Bandung, Fakultas Dakwah dan komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Parkir Cashless antara Efisiensi dan Tantangan Bagi Pengguna

12 Desember 2024   21:33 Diperbarui: 12 Desember 2024   21:33 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, sistem pembayaran parkir di berbagai kota di Indonesia mulai beralih ke metode cashless atau nontunai. Kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan transparansi pengelolaan retribusi parkir. Pengguna cukup menggunakan aplikasi atau kartu elektronik untuk membayar, sehingga tidak lagi membutuhkan uang tunai. Meskipun terdengar menjanjikan, implementasi sistem ini tidak terlepas dari berbagai tantangan yang perlu diatasi.  

Salah satu keunggulan utama dari parkir cashless adalah kemudahan dan kecepatan transaksi. Pengguna tidak perlu repot mencari uang tunai atau menunggu kembalian, yang dapat mengurangi antrean dan mempercepat proses parkir. Selain itu, sistem ini menciptakan transparansi karena setiap transaksi tercatat secara digital. Dengan demikian, potensi kebocoran pendapatan dapat diminimalisasi, dan pemerintah daerah bisa memantau penerimaan retribusi secara lebih akurat. Di sisi lain, pembayaran nontunai juga meningkatkan keamanan, karena mengurangi risiko kehilangan uang tunai atau tindakan kriminal.  

Namun, sistem ini juga menghadapi berbagai kendala. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan digital di masyarakat. Tidak semua pengguna, terutama kalangan lanjut usia atau yang tinggal di daerah terpencil, memiliki akses atau literasi digital yang memadai. Hal ini membuat mereka kesulitan menggunakan aplikasi atau dompet digital. Selain itu, gangguan teknis seperti jaringan internet yang tidak stabil atau error pada aplikasi pembayaran juga menjadi hambatan yang sering dikeluhkan. Pengguna yang terburu-buru atau tidak memiliki alternatif pembayaran lain bisa merasa dirugikan dalam situasi ini.  

Biaya tambahan juga menjadi isu yang patut dipertimbangkan. Beberapa layanan cashless mengenakan biaya administrasi yang, meskipun kecil, tetap bisa menjadi beban bagi pengguna yang parkir secara rutin. Oleh karena itu, penting bagi pengelola parkir dan pemerintah untuk menyediakan alternatif pembayaran yang lebih inklusif dan memadai, seperti QRIS yang lebih universal dan mudah diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.  

Untuk memastikan keberhasilan implementasi parkir cashless, pemerintah perlu gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai cara menggunakan sistem ini. Selain itu, kesiapan infrastruktur, seperti jaringan internet dan perangkat pembayaran, harus dipastikan memadai agar tidak menghambat proses transaksi. Hanya dengan langkah-langkah tersebut, manfaat dari parkir cashless bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.  

Pada akhirnya, sistem parkir cashless adalah langkah progresif menuju digitalisasi layanan publik. Namun, agar benar-benar efektif, semua pihak harus berperan aktif dalam memastikan bahwa sistem ini inklusif dan mudah diakses. Adaptasi masyarakat terhadap perubahan ini menjadi kunci penting dalam menciptakan ekosistem parkir yang modern dan efisien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun