Mohon tunggu...
IDSCIPUB
IDSCIPUB Mohon Tunggu... Dosen - Lembaga Publikasi Jurnal Internasional - Nasional

Indonesian Scientific Publication 📖 Penerbit lebih dari 45 Jurnal 📂 Terindeks : SINTA 3, Copernicus, ISSN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

AI dalam Perlindungan Anak: Solusi Canggih atau Ancaman Privasi?

28 Oktober 2024   11:16 Diperbarui: 28 Oktober 2024   13:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian ini menunjukkan bahwa media AS memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik mengenai penggunaan teknologi AI dalam perlindungan anak. Media awalnya menekankan potensi teknologi AI sebagai solusi utama dalam memerangi eksploitasi anak secara online. Namun, seiring waktu, media mulai menyoroti dilema etis, seperti ketegangan antara perlindungan dan privasi, risiko "false positives," transparansi, dan keterwakilan pihak-pihak terkait.
Pengantar

Teknologi kecerdasan buatan (AI) berkembang pesat dan menjanjikan solusi untuk berbagai tantangan sosial, termasuk dalam melindungi anak-anak dari eksploitasi online. Akan tetapi, penerapan AI di bidang ini menimbulkan pertanyaan besar terkait etika, terutama menyangkut privasi dan kebebasan sipil. Di sinilah media berperan penting dalam membentuk bagaimana masyarakat memahami dan menerima AI dalam perlindungan anak, yang dapat berdampak langsung pada pengembangan kebijakan dan implementasi teknologi AI itu sendiri.

Metodologi
Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis (CDA) pada 200 artikel dari berbagai media besar AS untuk memahami bagaimana media menyusun wacana etika AI dalam perlindungan anak. Artikel yang dikaji berasal dari periode 2018 hingga 2023, termasuk dari surat kabar nasional, publikasi teknologi, dan media daring berpengaruh lainnya.

Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian mengidentifikasi beberapa tema utama yang sering muncul dalam pemberitaan media tentang AI dalam perlindungan anak:

Solusi Teknologi sebagai Narasi Dominan
Pada periode awal (2018-2020), media menonjolkan AI sebagai "senjata baru" dalam memerangi eksploitasi anak, sering menggunakan istilah-istilah militer seperti "pertempuran" atau "perang melawan predator anak." Narasi ini memusatkan perhatian pada kemampuan AI, tetapi cenderung mengabaikan keterbatasan dan potensi risikonya.

Dilema Etis dalam Penggunaan AI
Sejak 2021, media mulai menyoroti dilema etis, khususnya ketegangan antara perlindungan anak dan hak privasi individu. Media mengangkat isu seperti apakah perlindungan anak harus mengorbankan privasi pengguna internet.

Ketegangan antara Privasi dan Perlindungan
Ketegangan antara privasi dan perlindungan anak merupakan isu etis yang paling banyak diangkat, muncul di 78% artikel yang dianalisis. Media menggambarkan hal ini sebagai pertukaran langsung antara keamanan dan privasi, dengan pertanyaan seperti, "Apakah kita bersedia membiarkan AI menyelidiki setiap sudut kehidupan digital kita demi menangkap predator?"

Risiko Kesalahan Identifikasi (False Positives) dan Pengawasan Berlebihan
Media juga menyoroti risiko "false positives" atau kesalahan deteksi yang dapat menyebabkan individu yang tidak bersalah terseret dalam investigasi, dengan bahasa seperti, "Semakin luas jaring yang ditangkap AI, semakin banyak interaksi yang tidak berbahaya berisiko tersangkut."

Transparansi dan Akuntabilitas
Sebagian besar artikel membahas pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam sistem AI, terutama mengingat sifat "kotak hitam" dari beberapa algoritma AI yang sulit dipahami dan dipantau. Kekhawatiran tentang siapa yang bertanggung jawab jika AI membuat kesalahan turut disorot.

Bias dan Keadilan
Media juga menyoroti potensi bias dalam sistem AI yang dapat memperburuk ketidakadilan sosial yang ada, dengan pertanyaan seperti, "Apakah AI dalam perlindungan anak mencerminkan prasangka kita?"

Representasi Pemangku Kepentingan
Analisis menunjukkan pola yang berbeda dalam bagaimana berbagai pemangku kepentingan direpresentasikan dalam wacana media:
Perusahaan Teknologi sering digambarkan sebagai inovator, meskipun pada 2022-2023, mereka mulai dilihat sebagai entitas yang memerlukan pengawasan ketat.
Penegak Hukum umumnya direpresentasikan sebagai sekutu perusahaan teknologi dalam memerangi eksploitasi anak.
Advokat Privasi dipandang sebagai pengawas penting, tetapi terkadang digambarkan sebagai penghambat kemajuan.
Organisasi Perlindungan Anak secara konsisten dianggap sebagai otoritas moral, memperkuat urgensi intervensi teknologi.
Evolusi Wacana dari Tahun ke Tahun
Dari 2018 hingga 2020, pemberitaan didominasi oleh optimisme terhadap potensi AI, dengan dilema etis seringkali dianggap enteng atau mudah diatasi. Pada 2021, wacana mulai bergeser ke arah yang lebih seimbang, dengan lebih banyak menyoroti suara kritis. Pada 2023, wacana ini semakin berkembang menjadi diskusi yang lebih mendalam dan beragam tentang etika AI dalam perlindungan anak. Media mulai menekankan pentingnya kerangka tata kelola yang kuat dan evaluasi etis berkelanjutan, mencerminkan pemahaman yang lebih kompleks tentang tantangan dan tanggung jawab dalam penerapan AI di bidang sensitif ini.

Implikasi dari Temuan
1.Membangun Kesadaran Publik yang Seimbang
Temuan ini menunjukkan pentingnya bagi media untuk menghadirkan pandangan yang seimbang tentang potensi manfaat dan risiko AI dalam perlindungan anak. Pemberitaan yang terlalu optimis dapat menciptakan harapan yang tidak realistis terhadap kemampuan teknologi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun